Wilujeng sumping kasadayana mugia aya mangfaatna

Rabu, 21 Desember 2011

Tugas - Tugas Perkembangan Manusia


            Pengertian Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagaiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya; sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidakbahagaiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang seyoganya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya.
(Di kutip dari Buku “perkembangan anak dan remaja” hal 65 )
Salah satu prinsip perkembangan bahwa setiap individu akan mengalami fase perkembangan tertentu, yang merentang sepanjang hidupnya. Pada setiap fase perkembangan ditandai dengan adanya sejumlah tugas-tugas perkembangan tertentu yang seyogyanya dapat dituntaskan.

Tugas–tugas perkembangan ini berkenaan dengan sikap, perilaku dan keterampilan yang seyogyanya dikuasai sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Havighurst (Abin Syamsuddin Makmun, 2009) memberikan pengertian tugas-tugas perkembangan bahwa: “A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, succesful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disaproval by society, difficulty with later task”.

(Di kutip dari :http://agus.blogchandra.com/tugas%E2%80%93tugas-perkembangan-individu/)

Perkembangan mencangkup seluruh aspek keperibadian, dan satu aspek dengan yang lainnya saling berinterelasi. Sebagian besar dari perkembangan aspek-aspek keperibadian terjadi melauli proses belajar, baik proses belajar yang sederhana dan mudah maupun yang kompleks dan sukar. Suatu proses perkembangan yang bersifat alami, yaitu yang berupa kematangan, berintegrasi dengan proses penyesuaian diri dengan tuntutan dan tantangan dari luar, tetapi keduanya masih dipengaruhi oleh kesediaan, kemauan, dan aspirasi individu untuk berkembang. Ketiganya mempengaruhi penyelesaian tugas-tugas yang dihadapi individu dalam perkembangannya.Robert J. Havighurst (1961) menyebutnya sebagai tugas-tugas perkembangan. Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah suatu tugas yang muncul dalam suatu periode tertentu dalam kehidupan individu. Tugas tersebut harus dikuasai dan diselesaikan, sebab apabila dapat dikuasai dan diselesaikan dengan baik akan memberikan kebahagiaan dan keberhasilan dalam perkembangan selanjutnya. Apabila tidak bisa dikuasai dan diselesaikan, maka akan menimbulkan ketidakbahagiaan, penolakan dari luar dan kesukaran dalam perkembangan selanjutnya. Penyelesaian tugas-tugas perkembangan dalam suatu periode atau tahap tertentu akan mempengaruhi penyelesaian tugas-tugas pada tahap berikutnya. Kehidupan terdiri atas serangkaian tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh individu.
Havighurst memberikan rincian tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu pada setiap tahap perkembangan. Menurut dia ada empat tahap besar perkembangan individu, yaitu: Masa bayi dan kanak-kanak, masa anak, masa remaja, yang terbagi lagi atas dewasa muda, dewasa, dan usia lanjut.
(Di kutip dari buku “perkembangan peserta didik”)
             Faktor-faktor yang mempengaruhi tugas perkembangan
Munculnya tugas-tugas perkembangan, bersumber pada factor-faktor berikut:
1.      Kematangan fisik, misalnya belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki, belajar bertingkah laku, dan bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada usia remaja.
2.      Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya belajar membaca, menulis, berhitung dan berorganisasi.
3.      Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu, misalnya memilih pekerjaan atau teman hidup.
4.      Tuntutan norma agama, misalnya taat beribadah kepada Allah dan berbuat baik pada sesama manusia.
                 Tugas-tugas Perkembangan
1.    Tugas-tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak
Pada beberapa bulan pertama dari kelahirannya, aspek yang memegang peran penting dari bayi adalah sekitar mulutnya.Mulut bukan hanya alat untuk makan dan minum, tetapi juga alat komunikasi dengan dunia luar.Bayi mendapatkan beberapa pengalaman dan rasa senang melalui sentuhan-sentuhan dengan mulutnya.Baru selanjutnya mata, telinga dan tangan berperan sebagai alat penghubung dengan dunia luar. Dengan berpusat pada mulut, dibantu dan dilengkapi dengan alat-alat indra dan anggota badan, bayi mengadakan hubungan dan belajar tentang dunia sekitar. Melalui interaksi dengan menggunakan alat-alat tersebut dengan lingkungannya, bayi memperoleh kesan dan memahami lingkungannya.
Pada tahun kedua, seorang bayi telah mulai belajar berdiri sendiri, di samping ketergantungannya yang masih sangat besar terhadap orang tuannya.Ia berusaha memecahkan beberapa masalah yang dihadapinya. Hal ini sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan pribadinya. Pada tahun berikutnya anak mulai dapat mengontrol cara-cara buang air, dan ia juga mulai mengadakan aksplorasi terhadap lingkungannya. Pada tahun keempat dan kelima anak sudah mencapai kesempurnaan dalam melakukan gerakan seperti berjalan, berlari, meloncat dan sebagainya.Gerakan-gerakan ini sangat berperan sekali dalam perkembangan selanjutnya.Pada akhir masa kanak-kanak, anak bukan saja mencapai kesempurnaan dalam gerakan-gerakan fisik, tetapi juga telah menguasai sejumlah kemampuan intelektual, sosial bahkan moral.
Beberapa tugas perkembangan yang muncul dan harus dikuasai oleh anak pada masa ini adalah:
1)        Belajar berjalan.
2)        Belajar mengambil makanan.
3)        Belajar berbicara.
4)        Belajar mengontrol cara-cara buang air.
5)        Belajar mengetahui jenis kelamin.
6)        Menguasai stabilitas jasmaniah.
7)        Memilih konsep sosial dan fisik walaupun masih sederhana.
8)        Belajar hubungan sosial yang baik dengan orang tua, saudara serta orang-orang dekat lainnya.
9)        Belajar membedakan mana yang baik dan tidak baik serta pengembangan hati nurani.

2. Tugas Perkembangan Akhir Masa Kanak-kanak
Tugas-tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak dikemukakan oleh Havighurst dan Erikson.Dalam uraian berikut ini pendapat kedua ahli tersebut dibahas satu persatu.
1.      Tugas Perkembangan Anak Menurut  Havighurst
Havighurst mengemukakan bahwa ada sembilan tugas perkembangan yang seharusnya dicapai oleh anak periode sekolah dasar, yaitu sebagai berikut:
a.   Mempelajari Keterampilan Fisik yang Diperlukan Untuk Melakukan Berbagai Permainan
Pada periode ini pertumbuhan otot dan tulang berlangsung dengan cepat.Anak belajar menggunakan otot-ototnya untuk mempelajari berbagai keterampilan.Oleh karena itu kebutuhan untuk beraktivitas dan bermain sangatlah tinggi.Mereka mampu melakukan permainan yang menuntut aturan yang harus dipatuhi.Makin tinggi kelas anak, makin jelas ciri khas permainan mereka itu, yang pada periode sebelumnya belum dapat mereka lakukan.
Membina Sikap Hidup yang Sehat terhadap Diri Sendiri, Sebagai Individu yang Sedang Berkembang
Anak hendaknya mampu mengembangkan kebiasaan untuk hidup sehat dan melakukan berbagai kebiasaan untuk memelihara keselamatan, kesehatan, dan kebersihan diri sendiri. Anak hendaknya telah tahu budaya atau penderitaan yang akan dialaminya, apabila ia bertingkah laku yang membahayakan keselamatan dan kesehatan dirinya.
b.   Belajar Bergaul dengan Teman Sebaya
Anak hendaknya telah mampumembina keakraban dengan orang lain di luar lingkungan keluarga. Anak mampu belajar menguasai pola pergaulan yang penuh kasih sayang, keramahan, dan memahami perasaan orang lain, khususnya teman sebaya.Demikian juga dengan sifat suka menolong, bertenggang rasa dan jujur perlu dipelajari anak.
Sekolah bertanggung jawab untuk membina sifat-sifat pribadi masing-masing anak, sehingga ia memiliki hubungan sosial yang baik dan diterima dalam kelompok teman sebaya.

c.    Mulai Mengembangkan Peran Sesuai dengan Jenis Kelamin Secara Tepat
Pada umur 9 dan 10 tahun anak mulai menyadari peran sesuai dengan jenis kelaminny.Anak wanita harus menampilkan tingkah laku-tingkah laku yang diharapkan masyarakat sebagai wanita, demikian pula dengan anak pria.Walaupun pencapaian kemampuan berperan sebagai wanita atau pria banyak dipengaruhi oleh pendidikan orang tua, namun sekolah bertanggung jawab untuk membina anak agar dapat melaksanakan peranannya dan merasa bangga dengan dirinya sebagai wanita atau pria.

d.   Mengembangkan Keterampilan-keterampilan Dasar untuk Membaca, Menulis, dan Berhitung
Karena perkembangan intelektual dan biologis sudah matang untuk bersekolah, maka anak telah mampu belajar di sekolah.Anak dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung, karena kemampuan berfikirnya yang memungkinkannya memahami konsep-konsep dan simbol-simbol. Kemampuan membaca dan menulis serta menghitung, akan mencapai kesempurnaan setelah anak berada pada sekolah dasar tahun terakhir (12-13 tahun).
Masyarakat memang menuntut anak untuk mampu menguasai ketiga bidang studi dasar tersebut, agar ia menjadi anggota masyarakat yang baik, walaupun ini merupakan keterampilan yang minimal. Sekolah hendaknya membina kesenangan anak untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung, sehingga anak memiliki kesenangan untuk membaca, menulis, dan berhitung walaupun bukan di sekolah.Pembentukan kesenangan membaca dan menulis khususnya, sangat penting bagi anak yang hidup pada zaman informasi pesat sekarang ini.

e.    Mengembangkan Konsep-konsep yang Diperlukan dalam Kehidupan Sehari-hari
Pada  periode ini, anak hendaknya mempunyai berbagai konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Inti dari tugas-tugas perkembangan pada saat ini adalah mengenai konsep-konsep untuk memudahkan anak paham tentang pekerjaan sehari-hari, kemasyarakatan, kewarganegaraan dan masalah-masalah yang menyangkut sosial.
Tugas sekolah adalah mengajarkan konsep-konsep itu, karena ini sangat penting untuk menghadapi kehidupan sehari-hari. Dengan banyaknya konsep-konsep yang dimiliki anak, akan memudahkan anak untuk berpikir, karena konsep-konsep merupakan alat berpikir. Konsep-konsep yang diajarkan hendaklah yang ada dalam kehidupan nyata anak.Makin kompleks suatu kehidupan, makin banyak dibutuhkan oleh anak pengetahuan tentang konsep-konsep yang berguna dalam kehidupan itu.Kurikulum haruslah berisikan pengalaman-pengalaman konkret bagi anak, yang membantunya untuk mengembangkan konsep-konsep dasar dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

f.     Mengembangkan Kata Hati, Moral, dan Skala Nilai
Pada periode sekolah dasar anak hendaknya dapat mengontrol tingkah laku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Kecintaan terhadap nilai dan norma hendaknya dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Patut disadari oleh pedidik, bahwa kata hati itu dipelajari, bukan dibawa semenjak lahir. Mengajar anak untuk bertingkah laku altruistik adalah cara yang penting dalam membentuk kata hati. Tingkah laku altruistik dapat dilihat dari kesukaan untuk mengutamakan kepentingan orang lain dari pada kepentingan diri sendiri. Menyayangi orang yang lemah atau teraniaya atau binatang dapat juga disebut tingkah laku altruistik.
Periode sekolah dasar, merupakan saat yang sensitif untuk mempelajari moral dan nilai. Dengan cara yang disengaja dan terencana anak diajar bertingkah laku yang bermoral. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan sekolah untuk pengembangan moral, diantaranya adalah sebagai berikut:
1)   Memberikan model bertingkah laku yang bermoral dan bernilai. Guru merupakan model yang utama di samping teman sebaya.
2)   Menjadikan kelompok sebagai tempat belajar moral dan nilai.
3)   Menghargai anak yang bertingkah laku yang bermoral dan bernilai dan “menghukum” tingkah laku yang tidak sesuai dengan nilai.
4)   Memberikan pelajaran tentang tingkah laku yang bermoral dan bernilai.

g.   Mengembangkan Sikap Terhadap Kelompok dan Lembaga-Lembaga Sosial
Pada hakekatnya pengembangan sikap sosial merupakan dasar bagi kehidupan masyarakat demokrasi Pancasila.Anak mampu belajar untuk menyadari keanggotaannya sebagai masyarakat sekolah.Anak harus belajar mematuhi aturan-aturan sekolah dan mampu menyeimbangkan antara keinginannya untuk melakukan kebebasan dengan kepatuhan terhadap kekuasaan orang tua, guru, maupun orang dewasa lainnya.Anakpun harus belajar untuk menyadari bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, baik masyarakat kecil (keluarga dan sekolah) ataupun masyarakat yang lebih luas ada pembagian tugas seperti, tugas sebagai orang tua, anak, guru, polisi, dokter, dan tugas dalam jabatan lainnya.Periode sekolah dasar adalah merupakan saat-saat yang baik sekali untuk membentuk sikap-sikap dasar anak terhadap kelompok sosial dan lembaga sosial seperti, kelompok atau lembaga keagamaan, kelompok ekonami, politik, pemeliharaan anak yatim, dan lain-lainnya. Pembentukan sikap ini dapat diusahakan oleh sekolah dengan cara-cara berikut ini, yaitu:
1)   Mencari model, terutama guru dan teman sebaya.
2)   Memberikan pengalaman yang menyenangkan atau memberikan kesan emosional yang mendalam tentang lembaga atau kelompok sosial itu.
3)   Mengajarkan kepada anak berbagai lembaga dan kelompok sosial dan fungsinya bagi kehidupan anak.

h.   Mencapai Kebebasan Pribadi
Hakekat tugas perkembangan pada periode ini adalah untuk membentuk pribadi yang otonom, tanpa tergantung kepada orang lain dalam mengambil keputusan yang menyangkut dirinya, maupun peristiwa lain dalam kehidupannya. Pembentukan keperibadian yang otonom atau mandiri, sebenarnya tergantung kepada pencapaian tugas-tugas perkembangan sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Erikson, bahwa anak yang memiliki keyakinan dasar benar terhadap dunia, pada periode bayi dan mencapai perkembangan otonom pada umur dua tahun, mencapai perkembangan berinisiatif tinggi pada umur lima tahun, akan cepat pula memiliki kemandirian bagi anak-anak yang pada periode-periode perkembangan sebelumnya memiliki kesan-kesan psikologis sebagai anak yang kurang kasih sayang, malu dan merasa bersalah, takut-takut dan kurang memiliki keyakinan diri.
Usaha sekolah untuk membina kemandirian pada peserta didik sekolah dasar adalah dengan cara-cara berikut ini:
1)   Menyikapi anak dalam mengajar dengan cara menghargai pendapat-pendapat atau ide-ide anak, sekecil apapun nilai pendapat atau ide itu.
2)   Menyikapi anak dengan cara yang tidak menuntutnya selalu berbuat benar. Hal ini dapat menghindarkan terjadinya perasaan bersalah dalam diri anak. Dengan demikian anak akan memiliki keyakinan diri, yang merupakan hal penting untuk mengembangkan kemandirian.
3)   Guru menjelaskan kepada anak bahwa usaha anak untuk mengerjakan tugas, sangat dihargai guru, walaupun anak belum berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Guru yang mengutamakan usaha anak dalam belajar, dapat meningkatkan perasaan sukses dalam diri anak dibandingkan guru yang lebih mementingkan hasil. Guru yang mementingkan hasil, cenderung untuk menuntut anak selalu berbuat benar, tanpa memperhatikan usaha dan perasaan anak. Tingkah laku guru yang seperti ini, akan menumbuhkan perasaan gagal, dan persaan tak berdaya dalam diri anak. Dengan demikian kemandirian dalam diri anak sulit untuk dicapai.

2.                              Tugas Perkembangan Anak Menurut Erikson
Jika kita meninjau dari teori Erikson maka periode anak umur 6-11 tahun ini disebut sebagai periode aktif.Erikson menamakan demikian karena dominannya kegiatan anak-anak yang berbeda dalam periode ini untuk melakukan sesuatu sampai berhasil.Mereka menampakkan banyak sekali ide praktis yang tercermin dari sifat antusias yang tinggi untuk membuat berbagai alat permainan seperti layang-layang, sangkar burung bagi anak laki-laki, dan anak perempuan suka membuat kalung manik, main masak-masakkan, pakaian boneka dan sebagainya. Apabila anak didorong atau disokong melakukan aktivitas produktifnya dengan cara menyediakan alat yang dibutuhkan dalam merealisasikan ide-idenya dan menghargai hasil pekerjaannya, maka dorongan untuk melakukuan aktivitas-produktif meningkat. Identitas diri juga akan meningkat, dan akan dicapai secara sempurna pada periode berikutny. Tetapi jika orang tua yang melihat aktivitas anak mengerjakan sesuatu sebagai suatu yang sia-sia dan mematahkannya., maka akan muncul di dalam diri anak perasaan tidak mampu atau tidak berdaya.
Pengalaman anak di sekolah dapat mempengaruhi perasaan sukses ataukah perasaan gagal dalam diri anak.Seorang anak yang lambat belajar sebelum masuk sekolah memiliki perasaan sukses (aktif-produktif), karena orang tuanya menghargai dan menyokong segala hasil pekerjaannya. Tetapi di sekolah ia mengalami perasaan pahit, karena ia tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas sekolah seperti teman-temannya yang lain dan guru sering mencelanya. Akibatnya anak mengalami perasaan gagal dan tidak berdaya.



3. Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Remaja
Remaja merupakan masa peralihan antara, masa anak dengan dewasa.Meskipun perkembangan aspek-aspek keperibadian itu telah diawali pada masa-masa sebelumnya, tetapi puncaknya boleh dikatakan terjadi pada masa ini, sebab setelah melewati masa ini, remaja telah berubah menjadi seorang dewasa.Karena perannya sebagai masa transisi antara masa anak dan dewasa, maka pada masa ini terjadi berbagai gejolak atau kemelut.Gejolak atau kemelut ini terutama berkenaan dengan segi afktif, sosial, intelektual juga moral.Hal ini terjadi terutama karena adanya perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis yang sangat cepat yang mengganggu kestabilan keperibadian anak.
Beberapa tugas perkembangan yang harus diselesaikan para remaja pada masa ini adalah:
1)        Mampu menjalin hubungan yang lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain.
2)        Mampu melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita.
3)        Menerima kondisi jasmaninya dan dapat menggunakannya secara efektif.
4)        Memiliki keberdirisendirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
5)        Memiliki perasaan mampu berdiri sendiri dalam bidang ekonomi.
6)        Mampu memilih dan pempersiapkan diri untuk sesuatu pekerjaan.
7)        Belajar mempersiapkan diri untuk perkawinan dan hidup berkeluarga.
8)        Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat.
9)        Memiliki perilaku sosial seperti yang diharapkan masyarakat.
10)    Memiliki seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi perbuatannya.

4. Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Dewasa Muda
Pada akhir masa remaja hampir keseluruhan aspek dari keperibadian individu telah berkembang lengkap, dan telah siap untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai orang dewasa. Havighurst membagi kehidupan masa dewasa ini atas tiga fase, yaitu: dewasa muda, dewasa, dan usia lanjut.
Beberapa tugas yang harus diselesaikan pada fase dewasa muda adalah:
1)   Memilih pasangan hidup.
2)   Belajar hidup bersama pasangan hidup.
3)   Memulai hidup berkeluarga.
4)   Memelihara anak.
5)   Mengelola rumah.
6)   Memulai kegiatan pekerjaan.
7)   Bertanggung jawab sebagai warga masyarakat, warga negara.
8)   Menemukan persahabatan dalam kelompok sosial.

5. Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Dewasa
Pada masa ini tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah:
1)   Memiliki tanggung jawab sosial dan kenegaraan sebagai orang dewasa.
2)   Mengembangkan dan memelihara standar kehidupan ekonomi.
3)   Membimbing anak dan remaja agar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia.
4)   Mengembangkan kegiatan-kegiatan waktu senggang sebagai orang dewasa.
5)   Membina hubungan dengan pasangan-pasangan keluarga lain sebagai pribadi.
6)   Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik sebagai orang setengah baya.
7)   Menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai orang tua yang bertambah tua.
(dikutip dari buku “psikologi perkembangan anak dan remaja").


DAFTAR PUSTAKA

Budiamin, Amin. Dkk. Perkembangan Pesrta Didik. 2006. Upi Press. Bandung.
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan anak dan remaja.2000. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Sumber internet:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar