BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan
yang dirancang dengan memfokuskan pada
kebutuhan, kekuatan minat dan isu-isu yang berkaitan dengan tahap perkembangan
anak merupakan bagian penting dan integral dari keseluruhan program pendidikan.
Program BK yang diselenggarakan di sekolah dasar yang memiliki fungsi dan
peranan yang strategis. Melalui layanan BK, para siswa diharapkan mampu
mengenal dirinnya, mengenal lingkunganya dan mampu merancang masa depannya.
Dalam pelaksanaanya keberhasilan pelayanan BK sangat ditentukan oleh kerjasama
yang harmonis dengan seluruh personil sekolah. Seluruh personil yang ada di
sekolah dasar tersebut harus memiliki pemahan yang luas mengenai BK antara lain
seperti pemahan guru mengenai konsep dasar dan implementasi pelayanan BK,
sehingga dalam pelaksanaannya program BK tersebut dapat berjalan sesuai dengan
pedomanya atau bahkan dapat mengembangkan program BK tersebut. melalui program
BK siswa-siswa mendapatkan bimbingan baik dalam kegiatan pembelajaran dan kehidupnya
dilingkungan tempat mereka tinggal, BK
tidak hanya di berikan kepada siswa-siwa yang memiliki masalah saja tetapi BK
juga berperan penting dalam perencanaan masa depan semua siswa.
Akan tetapi tidak jarang ada sekolah dasar
yang tidak menyelenggarakan program BK sesuai dengan aturanya, alasan yang
paling dominan karena seluruh personil sekolah tersebut tidak memiliki ilmu
atau wawasan yang cukup mengenai program BK tersebut. Sehingga program tersebut
hanya sebatas formalitas semata, selain itu ada juga yang melaksanakan program BK
akan tetapi kurang maksimal dalam penyelenggaraannya. Oleh karena itu
sejauh mana keberhasilan dan kendala-kenadala yang di hadapi oleh pihak sekolah
dalam menyelenggarakan program BK tersebut. Melalui pemberian tugas ini
diharapkan kita sebagai calon guru dapat memperbaiki penyelenggaraan program BK
dan dapat menambah wawasan mengenai
BK sehingga dapat mengaplikasikan penyelenggaraan program BK tersebut dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
Dari tujuan-tujuan diatas, penulis merumuskan beberapa
masalah diantaranya:
1. Bagaimana pelayanan program BK di SDN cimalaka 1 ?
2. Sejauh mana pelaksanaan program BK di SDN Cimalaka 1?
3. Kendala-kendala apa saja yang di hadapi dalam
penyelenggaraan program BK ?
4. Kesulitan apa saja yang dihadapi siswa di SDN cimalaka1?
1.3
Tujuan
Kegiatan
wawancara dan observasi ini berujuan untuk:
1. Untuk
mengetahui bagaimana penyelenggaraan
program BK di SDN Cimalaka 1.
2. Untuk mengetahui sejauh mana pelaksana program BK yang
telah dijalankan di SDN cimalaka 1.
3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam
pelaksanaan program BK di SDN cimalaka 1.
4. Untuk mengetahui kesuliatan apa saja yang dihadapi siswa
di SDN cimalaka 1.
1.4. Metode dan Teknik Penelitian :
Metode yang digunakan dalam
penyusunan laporan ini
yaitu metode deskripsi, karena masalah yang diungkap merupakan sesuatu yang ada
dan terjadi saat ini. Adapun tekhnik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Observasi,
yaitu melekukan kunjungan atau penelitian langsung ke lapangan.
2. Literatur,
yaitu membaca buku yang ada kaitannya dengan masalah yang di uraikan dalam
penyusunan karya tulis ini.
Adapun objek yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah SDN Cimalaka
1.
1.5. Sistematika
Penulisan
Untuk mempermudah menyusun makalah ini penulis menggunakan
sistematika penulisan sebagai berikut:
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan Penulisan
1.4.
Metode dan Teknik Penelitian
1.5.
Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
Pengertian Laporan Wawancara
2.2.
Pengertian Bimbingan dan Konseling
2.3. Tujuan BK
2.4 Fungsi BK dan Asas- Asas BK
2.5 Hakikat Kesulitan Belajar dan Struktur
program BK di SD
2.6 Evaluasi Program BK
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Laporan Hasil Wawancara dan Observasi
BAB IV PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
4.2.
Saran
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampir
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1. Pengertian Laporan dan Wawancara.
Kata “lapor” dibentuk dari kata dasar “lapor” dan
mendapat akhiran (sufiks)–an, yang dapat diberi arti sebagai segala sesuatu
yang dilaporkan atau pemberitahuan tentang sesuatu.
Pengertian laporan menurut The Oxford English
dictionary dalam Kusumah, dkk (2002; 23) adalah:
“Cerita yang dibawakan
oleh seseorang kepada oranglain yang diteliti secara khusus”.
Pernyataan formal hasil penelitian, tentang sesuatu
hal yang memerlukan informasi yang pasti, dibuat oleh seseorang atau sebuah
lembaga atau harus melakukannya.
Wawancara
Wawancara (bahasa Inggris ; interview) merupakan
percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsungantara narasumber dan
pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimana
sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh orang yang
diwawancarai.
Laporan
wawancara
Jadi dari kedua pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa laporan wawancara adalah sebuah hasil percakapan antara dua
orang atau lebih tentang suatu hal yang disampaikan oleh orang-orang yang
mewawancara tersebut kepada oranglain
baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
2.2.Pengertian
Bimbingan dan Konseling.
Bimbingan merupakan sebuah istilah yang sudah umum
digunakan dalam dunia pendidikan. Bimbingan pada dasarnya merupakan upaya bantuan
untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal. Selain itu bimbingan
yang lebih luas dikemukakan oleh Good (setiawati dan chudari, 2007:2) yang
menjabarkan bimbingan adalah ‘ suatu
proses hubungan pribadi yang bersifat dinamis, yang dimaksudkan untuk
mempengaruhi sikap, prilaku seseorang dan suatu bentuk bantuan yang sistematis (selain mengajar)
kepada murid, atau orang lain untuk menolong.’ Sedangkan pengertian konseling menurut Frank
Parson ( mulyadi, 2003:5) adalah ‘ sebagai
kegiatan pengungkapan fakta-fakta atau data tentang siswa, serta pengarahan
kepada siswa untuk dapat mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapi’.
Dengan demikan BK adalah suatu bantuan yang diberikan kepada semua siswa, untuk
mengenal pribadinya, mengenal lingkunganya, merencanakan masa depanya dan usaha
konselor untuk membantu klien dalam memcahkan masalah yang dihadapinya.
2.3.
Tujuan BK di Sekolah
Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada
dasarnya sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri, karena bimbingan dan
konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Sesuai dengan
pengertian bimbingan dan konseling sebagai upaya membentuk perkembangan
kpribadian siswa secara optimal, maka secara umum layanan layanan BK di SD
harus berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Menurut (mulyadi,
2003:5)
“Upaya
bimbingan dan konseling memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima diri
sendiri dan mengenal lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu
mengambil keputusan. Secara khusu, kawasan Bk meliputi bidang bimbingan sosial,
pribadi, belajar dan bimbingan karier.”
Upaya bimbingan dan konseling harus mengembangkan potensi
yang dimiliki peserta didik sesuai dengan peryataan (mulyadi, 2003:7) “ pengembangan segenap potensi individu
peserta didik secara optimal, dengan memanfaatkan berbagai sarana dan cara,
berdasarkan norma-norma yang berlaku dan mengikuti kaidah-kaidah profesional”.
Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dasar adalah
untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang
meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karier.
2.4. Fungsi dan
Asa-Asas BK
Bimbingan mengembangkan sejumlah fungsi yang hendak
dipenuhi melalui pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam setingg sekolah, ada
beberapa fungsi BK dikemukakan oleh Aquino dan Alviar (setiawati dan chudari,
2007:20) yaitu ‘pencegahan (preventif),
perbaikan (kuratif), pengembangan (development), dan fungsi pemahaman (
informatif)’. Penjabaran keempat fungsi itu adalah
1.
Fungsi pemahaman,
yaitu fungsi yang pertama melalui bimbingan akan menghasilkan pemahaman tentang
sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan murid
dan tujuan yang ingin dicapai.
2.
Fungsi preventif, adalah bantuan yang
diberikan kepada murid bertujuan agar murid terhindar atau sebagai pencegahan
agar siswa tidak mendapatkan masalah.
3.
Fungsi developmental, yaitu pelayanan yang
diberikan dengan tujuan dapat membantu siswa mengembangkan seluruh potensinya
dengan terarah dan mantap.
4.
Fungsi kuratif,
adalah layanan yang membantu murid untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.
Keberhasilan
layanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkanya asa-asa
berikut: syamsu yusuf (setiawati dan Chudari, 2007;21)
1.
Rahasia
2.
Sukarela,
3.
Terbuka
4.
Kegiatan
5.
Mandiri,
6.
Kini,
7.
Dinamis
8.
Terpadu
9.
Harmonis
10Ahli,
11.Ahli Tangan Kasus,
12.Tutwuri Handayani,
Pengertian
asas rahasia adalah konselor harus menjaga data-data yang diberikan klien ,
data atau keterangan tersebut tidak boleh diketahui orang lain. Pengertian asas
sukarela adalah siswa atau klien sukarela atau ikhlas untuk mengikuti layanan
bimbingan tersebut tanpa ada unsur paksaan. Pengertian asas terbuka adalah siswa
sebagai objek layanan meberikan data-data yang benar dan tidak berpura-pura
(berbohong) terbuka dalam memberikan datanya. Asas kegiatan adalah siswa
berpartisipasi dan aktif dalam pelayanan BK tersebut. Asas mandiri adalah siswa
secara mandiri datang kepada guru karena memilki permasalahan sehingga bukan
guru yang mendatangi siswa tersebut melainkan siswa tersebut yang datang ke
guru. Asas kini adalah layanan BK tersebut mengungkap permasalahan siswa yang
sekarang. Asas dinamis adalah agar isi layanan program BK selalu bergerak maju,
tidak monoton dan terus berkembang. Asa terpadu adalah menghendaki agar dalam
pelaksanaannya program BK tersebut terjadi keharmonisan dan terpadu dalam
penyelenggaraanya. Asa harmonis adalah dalam memberikan layanan BK harus sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Asas ahli adalah dalam
menyelenggarakan program BK, para pelaksana BK hendankya orang yang ahli di
bidangnya setidaknya mengetahui ilmu tentang BK tersebut. Asas alih tangan
kasus adalah apabila seorang konselor tidak mampu menyelesaikan permasalaha
klienya maka dapat mengalihtangankan permasalahan itu kepada orang yang lebih
ahli. Asas yang terakhir tutwuri handayani adalah menghendaki agar layanan BK
secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa
aman).
2.5. Hakekat kesulitan Belajar dan Program BK di Sekolah.
Kesulitan belajar menurut Nation
Join Committee for Learning Disabilities (NJLD) yang dikutip dari Dr. Mulyono
(1994;133) ialah:
‘ kesulitan
belajar adalah suatu batasan generik yang menunjukan kepada suatu kelompok
kesulitan yang diwujudkan dalam bentuk kesulitan yang nyata(significant) dalam
kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca,
menulis, menalar, atau dalam bidang matematika. Ganguan tersebut intrinsik dan
diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem syaraf pusat. Meskipun suatu
kesulitan belajar mungkin terjadi berbarengan dengan adanya ganguan lain
(misal, ganguan sesoris, retardasi mental, hambatan sosial dan emosional) atau
pengaruh lingkungan misalnya perbedaab budaya, pembelajaran yang tidak tepat,
psikogenetik, hambatan-hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.’
Klasifikasi
anak kesulitan belajar, menurut (Setiawati dan Chudari,2007;96) pada hakekatnya
dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar, yaitu;
1. Kesulitan belajar akademik; kesulitan
ini menunjukan kepada kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan
kapasitas yang diharapkan dari seorang anak. Kegagalan tersebut meliputi,
keterampilan dalam membaca, kegagalan tersebut terdiri dari pembaca pemulu dan
pemahaman. Keterampilan dalam menulis terdiri dari menulis tangan, mengeja dan
komposisi dan yang terakhir adalah keterampilan dalam matematika terdiri dari
perhitungan matematika dan penalaran matematika
2. Kesulitan belajar yang berhubungan
dengan perkembanagan, kesulitan belajar itu meliputi:
a.
Kesulitan dalam
berbahasa, yang terdiri dari dua macam yaitu gangguan bahasa reseptif atau
keterbatasan kemampuan memahami konsep-konsep verbal, keterbatasan kemampuan
membuat sandi-sandi konsep-konsep
b.
Kesulitan dalam
berprilaku sosial dan emosional terdiri dari; kesulitan memahami diri sendiri,
labilitas emosional, kekurangan dalam keterampilan sosial, ganguan perhatian,
hiperaktifitas, ganguan aktivitas motorik.
c.
Gangguan
perseptual, terdiri dari ganguan perseptual visual, ganguan
perseptualauditoris, gangguan perseptual visual motor, taktual dan kinestetik.
d.
Kesulitan
belajar kognitif, adalah keterbatasan dalam menggunakan oprasi mental yang
meliputi; ingatan, melihat hubungan-hubungan, generalisasi, asosiasi dan
berpikir konseptual.
Ciri anak yang berkesulitan
belajar dapat dilihat dari tiga karakteristik yaitu : karakteristik akademik, medis dan psikologis.
Struktur Program BK di SD
Kerangka kerja layanan BK dapat
dikembangkan dalam empat layanan utama, (Setiawati dan Chudari,2007:137) “yaitu a) layanan dasar bimbingan, b) layanan
responsif, c) layanan perencanaan individual, d) dukungan sistem”.
A. Layanan Dasar
Bimbingan.
Yaitu layanan yang membantu murid
mengembangkan prilaku efektif dan keterampilan dasar untuk kehidupan yang
mengacu kepada tugas-tugas perkembangan murid SD.
Materi dalam layanan dasar
bimbingan lebih berkaitan dengan Bimbinngan Pribadi. Dalam bimbingan pribadi
lebih memfokuskan kepada upaya mengembangkan aspek pribadi murid, seperti
memahami diri sendiri, memahami lingkungan, kemampuan memecahkan masalah,
konsep diri, bimbingan menjadi pribadi mandiri. Beberapa contoh materi
bimbingan pribadi di SD yaitu : motivasi belajar, kemampuan memecahkan masalah,
self sistem, membuat program sehari-hari, cara mengembangkan minat dan bakat,
keterampilan berkomunikasi, keterampilan dalam hubungan antar pribadi, cara
belajar yang efektif dan sebagainya. Layanan bimbingan dasar ditunjukan semua
murid, disampaikan menggunakan strategi kalasikal dan dinamika kelompok
B. Layanan
Responsif.
Layanan ini ditunjukan untuk
membantu murid dalam bentuk mengintervensi masalah atau kepedulian pribadi
murid yang dirasakan pada saat itu, seperti yang berhubungan dengan masalah
sosial-pribadi, pengembangan pendidikan atau bimbingan karir. Isi dari layanan
ini adalah bimbingan belajar, bimbingan sosial-pribadi dan bimbingan karir.
Layanan ini bersifat preventif atau mungkin kuratif.
Tujuan dari layanan responsif
adalah membantumurid SD agar mampu menunjukan pilihan dari terhindar pilihan
yang tidk baik. Strategi layanan dapat dilakukan dengan konseling individu,
mengamati siswa untuk mengidentifikasi masalh, konsultasi dengan orang tua dan
guru. Contoh topik relevan dengan masalah di SD yaitu: kenakalan anak,
keberhasilan belajar, tata tertib sekolah, penyalahgunaan obat-obat telarang,
kehadiran, sikap dan prilaku-prilaku disekolah, penyesuaian terhadap sekolah baru, keterampialn studi.
Sedangkan yang berkaitan dengan masalah pribadi, yaitu ; masalah perceraian,
masalah keluarga, kematian keluarga dan hubungan dengan teman.
C. Layanan
Perencanan Individu.
Jenis layanan yang membantu murid
dalam membuat rencana rencana pendidikan, karier dan sosial-pribadinya. Tujuan
utama dari layanan perencanaan individual adalah membantu murid memantau dan
memahami pertumbuhan dan perkembangan sendiri, dan merencanakan serta
mengimplementasi perencanaan tersebut. isi layanan perencanaan individu, yaitu
: 1) bidang pendidikan dengan topik “cara belajar yang efektif” , 2) bidang
sosial-pribadi dengan topik mengembangkan konsep diri yang positif,
mengembangkan keterampilan sosial yang tepat , belajar menghindari pemusuhan
dengan teman dan yang ke 3) bidang karir dengan topik menegenal dan
menidentifikasi jenis-jenis sekolah, mengenal macam-macam dan jenis pekerjaan
yang ada di masyarakat.
D. Dukungan Sistem
Merupakan kegiatan manajemen yang
bertujuan untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan program bimbingan
secara menyeluruh melalui pengembangan hubungan masyarakat dan staf, konsultasi
dengan guru,. Staf ahli, masyarakat yang
lebih luas, penelitian dan perkembangan, kegiatan pendukung sistem lebih diarahkan
pada pemberian dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung bermanfaat
bagi siswa.
Masing-masing layanan memiliki
alokasi waktu seperti 1). Layanan Dasar Bimbingan adalah 35-40%, 2). Layanan
Responsif 30-40%, 3). Sitem Perencanaan Individu 5%-10%, 4). Pendukung Sistem
10%-15%.
2.6. Evaluasi Program Bk
Untuk mengetahui
keberhasilan tujuan layanan digunakan perlu adanya evaluasi. Evaluasi adalah
cara yang ditempuh oleh pembimbing untuk membandingankan hasil yang telah
dicapi dengan tujuan pelayanan BK.
Dengan demikian dapat dilihat tingkat ketercapaiannya.
A. Pengertian,
Tujuan dan Fungsi evaluasi
Menurut (Nur
E.I.S,2010;126) “Evaluasi ini dapat pula diartikan
sebagai proses pengumpulan informasi untuk mengetahui efektivitas
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan”..
Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah upaya , tindakan atau proses
untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau
patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
Kriteria atau patokan yang dipakai
untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling
di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi tidaknya kebutuhan-kebutuhan siswa dan
pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu
siswa memperoleh perubahan prilaku dan kepribadian ke arah yang baik.
Menurut (Nur
E.I.S ,2010;128), Adapun
fungsi evaluasi program BK di sekolah adalah:
1). Memberikan
umpan balik (feed back ) kepada guru
pembimbing konseloruntuk memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan
konseling.
2).
Memberikan informasi kepada pihak pemimpin sekolah, guru mata pelajaran, dan
orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan prilaku, atau tingakat
ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau
berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi program BK di sekolah.
B. Aspek –Aspek yang Dievaluasi
Ada dua macam aspek kegiatan penilaian
kegiatan program kegiatan bimbingan, yaitu penilaian proses dan penilaian
hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui sejau mana keefektivan
layanan bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan
untuk memperoleh informasi keefektivan layanan bimbingan dilihat dari hasilnya.
Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain menurut (Nur
E.I.S, 2010;128) adalah:
1.
Kesesuaian
antara program dengan pelaksanaan
2.
Keterlaksanaan
program
3.
Hambatan-hambatan
yang dijumpai
4.
Dampak layanan
bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar
5.
Respon siswa,
personil sekolah, orang tua, dan masyrakat terhadap layanan bimbingan
6.
Perubahan
kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan, pencapaian
tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar dan keberhasilan setelah menamatkan
sekolah baik pada studi lanjutan ataupun kehidupan dimasyarakat.
Apabila dilihat dari
evaluasi evaluasi, evaluasi bimbingan dan konseling lebih bersifat ” penilaian
dalam proses” .Berbeda dengan hasil evaluasi pengejaran yang pada umumnya
berbentuk angka atau sekor, maka hasil evaluasi BK berupa deskripsi tentang
aspek-aspek yang dievaluasi (seperti partisivasi/aktivitas dan pemahaman siswa;
kegunaan layanan menurut siswa; perolehan siswa dari layanan bimbingan dan
minat siswa terhadap layanan bimbingan; perkembangan siswa dari waktu ke waktu;
perolehan guru bimbingan; komitmen pihak-pihak terkait; serta kelancaran dan
suasana penyelenggaraan kegiatan).
C. Teknik Evaluasi
Evaluasi
di tingkat sekolah merupakan tanggungjawab kepala sekolah yang dibantu oleh
pembimbing khusus dan personil sekolah lainya. Menurut ( Nur E.I.S,2010:130) “Ada beberapa Cara evaluasinya dalap
dilakukan dengan teknik tes dan non-test. Teknik tes berupa alat tes yang telah
dibakukan, seprti tes minat yang digunakan untuk mengungkapkan minat peserta
didik. Ada beberapa macam teknik tes yang digunakan dalam BK seperti tes
kecerdasan, tes bakat dan tes kepribadian”.
Teknik non-tes dapat mengungkapkan
angket, daftar cocok, wawancara, riwat hidup dan dokumentasi.
Angket adalah daftar pertanyaan
atau pernyataan yang harus diisi atau dijawab oleh peserta didik. Jenis-jenis
angket ada angket terbuka dan tertutup, angket yang terbuka menggunakan
pertanyaan terbuka, orang yang dikenai angket dapat menjawab tersebut dapat
menggunkan kalimat sendiri atas jawabnya sendangkan angket tertutup jawabanya
sudah memiliki alternatif, orang yang dikasih angket tinggal memilih jawabanya,
Wawancara adalah suatu metode yang
digunakan untuk mendapatkan jawaban peserta didik dengan tanya jawab dan hanya
dilaksankan oleh dua orang
Pengamatan adalah suatu teknik
untuk memperoleh data yang dilakukan degan cara mengadakan pengamatan secara
teliti dan pencatatan yang sistemastis.
Riwayat hidup adalah gambaran
tentang keadaan seseorang selama masa hidupnya, dengan mempeljari riwayat hidup
yang dibuat siswa, pembimbing dapat menarik suatu kesimpulan tentang peserta
didik.
D. Langkah-langkah
Evaluasi
Menurut (Nur
E.I.S, 2010;132) Dalam melaksanakan evaluasi program BK
ditempuh langkah-langkah sebagi berikut:
1.
Merumuskan
masalah atau beberapa pertanyaan. Karena tujuan evaluasi adalah memperoleh data
yang diperlukan maka konselor mempersiapkan pertanyaan-pertanyaanyang berkaitan
dengan hal-hal yang akan dievaluasi.
2.
Mengembangkan
atau menyusun instrumen pengumpul data. Konselor perlu mengembangkan teknik
dalan mengumpulkan data dan yang sesuai dengan situasi dan kondis di lapangan.
3.
Mengumpulkan
dan menganalisis data. Setelah data diperoleh maka data tersebut dianalisis,
yaitu menelaah program apa saja yang telah ada dan yang belum dilaksanakan,
serta tujuan mana yang telah dicapai dan belum tercapai.
4.
Melakukan
tindak lanjut ( Follow Up) berdasarkan temuan yang diperoleh maka dapat dilakuakan
tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan (1) memperbaiki hal-hal
yang dipandang lemah, kurang tepat atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin
dicapai. (2). Mengembangkan program dengan cara mengubah atau menambah beberapa
yang dipandang dapat meningkatkan kualitas atau efektivitas program.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1.
Laporan Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, penyelenggaraan program BK di SDN cimalaka 1 terdapat
kendala-kendala yang di hadapi dan belum optimalnya penyelenggaraan program
tersebut. Ini terbukti dengan ketika
penulis menanyakan mengenai program BK di SD tersebut kepada kepala sekolah,
kepala sekolah tersebut tidak dapat menunjukan bukti fisik program tersebut
dengan alasan karena kepala sekolah tersebut baru saja menjabat kepala sekolah
di cimalaka 1 sehingga tidak mengetahui arsip-arsip yang ditinggal oleh kepala
sekolah yang terdahulu. Hal ini jelas menjadikan permasalahan dalam
penyelenggaran BK tersebut, lalu bagaimana pelaksaan program itu berjalan
? dari hasil wawancara tersebut
mendapatkan jawaban sebagai berikut bahwa penyelenggaraan program bimbingan dan
konseling itu dilakukan secara spontan yang dilakukan ketika pembelajaran
berlangsung atau ketika murid sedang istirahat. Hambatan lainya yang diutarakan oleh kepala
sekolah adalah tidak ada penyuluhan atau
latihan yang diberikan oleh dinas pendidikan setempat untuk meningkatkan
wawasan guru atau kepala sekolah dalam menyelenggarakan BK tersebut sehingga dalam
penyelenggaranya kurang optimal. Sehingga tidak jarang program BK tersebut
tidak dilaksanakan, selain itu juga apabila ada kunjungan oleh pengawas atau
pihak dinas tidak ditanyakan mengenai pelaksanaan program BK tersebut sehingga
guru-guru menganggap bahwa program BK tersebut hanya sebatas formalitas saja.
Dengan pernyataan
yang disampaikan oleh kepala sekolah sangat jelas sekali banyak kendala-kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaan program BK tersebut sehingga dapat menggangu jalanya kegiatan pembelajaran,
khususnya bagi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sesuai dengan hasil
wawancara terhadap guru kelas 4 yang menyatakan ada beberapa siswa yang
mengalami kesulitan belajar baik dari sisi akademik dan nonakademik, mungkin
apabila program BK berjalan dengan lancar atau semestinya maka kesulitan atau
masalah-masalah dalam pembelajaran bisa diatasi, ada pun permasalahan yang
dihadapi siswa dalam pembelajaran antara lain; adanya permasalahan keluarga
yang mengakibatkan siswa tersebut tidak bisa sekolah dan kurang konsentrasi
dalam pembelajaran, adanya siswa yang memiliki ganguan secara psikologis yang
membutuhkan perhatian khusus, adanya siswa yang berkesulitan dalam bergaul
dengan teman sebayanya dan banyak lagi kasus lain. Kemudian penulis menanyakan
mengenai upaya yang dilakukan guru atau wali kelas untuk megatasi permasalah
tersebut. Upaya yang dilakukan wali kelas tersebut ternyata sesuai dengan
prosedur layanan BK dengan adanya buku catatan bimbingan dan penyuluhan atau
yang dikenal BP, ini membuktikan bahwa SD cimalaka 1 memiliki program BK
tersebut, mungkin apabila wali kelas tersebut melakukan prosedur pelaksanaan
sesuai dengan program dan menjalankanya sesuai dengan pedoman dapat mengatasi
permasalah tersebut secara tepat. Melihat masalah yang terjadi menurut penulis
tidak adanya koordinasi antara kepala sekolah dan guru (waki kelas) dalam
menyelenggarakan layanan BK tersebut sehingga program BK tersebut jalan di
tempat. Jangankan untuk mengembangankan program tersebut melaksanakannya pun
masih tidak jelas dalam tujuan yang ingin dicapai. Kemudian penulis menayakan
kepada wali kelas kelas 4 mengenai pelaksanaan program BK atau BP, berdasarkan
pernyataanya pelaksanaan program BK tersebut jarang diberikan mungkin apabila
ada sisiwa yang bermasalah saja baru diberikan itu juga hanya dicatat dibuku
catatan bimbingan dan penyuluhan saja, pemecahan masalahnya terjadi secara
sepontan saja hanya dinasehati, melihat dari catatan tersebut hanya terjadi 2 kejadian
yang ditulis dalam buku tersebut yaitu adanya siswa yang bertengkar didalam
kelas disaat kegiatan belajara berlangsung dan kurang pahamnya siswa kelas 4
mengenai kegiatan diskusi.
Selain itu juga adanya data siswa yang ditunjukan oleh
wali kelas 4 mengenai tinggi dan berat siswa menurutnya program tersebut
berfungsi untuk mengetahui kondisi fisik peserta didiknya dan dapat mengetahui
perkembangan peserta didiknya, menurut penulis hal tersebut sangat baik karena
guru dapat menggetahui kondisi peserta didiknya. Akan tetapi hal tersebut
percuma saja karena tidak ada tindak lanjut untuk mengolah data tersebut.
Untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa,
penulis berinisiatip membuat angket dengan menggunakan jenis angket tertutup
dan terbuka dengan 10 pertanyaan dan jumlah siswa di kelas 4 sebanyak 23 siswa.
Berdasarkan hasil jawaban yang diberikan siswa tersebut terdapat
kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran yang tidak diketahui
oleh guru atau wali kelas tersebut seperti contoh, dalam menerangkan
pembelajaran siswa kesulitan untuk memahami pembelajaran tersebut karena
gurunya menerangkan pembelajaran terlalu cepat dan membosankan. Selain itu juga
di dapatkan fakta bahwa ketika kalian memiliki permasalahan baik di bidang akademik
atau nonakademik siswa tidak pernah memberi tahu kepada guru dengan berbagai
alasan. Selain itu juga pelajaran yang sulit menurut 23 siswa menyebutkan bahwa pelajaran
matematika dan bahasa inggris paling yang dipilih oleh kebanyakan para siswa.
Hal ini sangat jelas sekali bahwa program BK tersebut
tidak berjalan dengan mestinya karena berbagai kendala-kendala yang dihadapi
oleh pihak sekolah, tidak adanya program kinerja kepala sekolah yang
mengharuskan terjadinya penyelenggaran program BK di sekolah tidak ada sama
sekali. Selain itu kinerka wali kelas pun tidak berjalan dengan semestinya
hanya nasehat atau larang dalam proses pembelajaran saja cara untuk mengatasi
atau memecahkan masalah yang dihadapi peserta didiknya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari hasil wawancara
dan obervasi di SDN Cimalaka 1 mengenai pelaksanaan program BK dapat
disimpulkan bahwa program tersebut tidak berjalan dengan baik hanya diam di
tempat tanpa ada tujuan yang ingin dicapai dari program BK tersebut, padahal BK memiliki fungsi dan
peranan yang strategis dalam mengembangkan peserta didiknya ke arah yang lebih
baik dari segi akademik dan nonakademiknya.
Tentunya hal
ini sangat berdampak buruk atau negatif
kepada proses pembelajaran yang akan diselenggarakan di sekolah, imbasnya
adalah sisiwa yang harus menerima rugi karena tidak mendapatkan pelayanan dari
program BK tersebut, sehingga siswa tersebut mendapatkan kendala atau
masalah-masalah yang dihadapi di sekolah baik dalam proses pembelajaran atau
masalah diluar sekolah mereka. Program yang diberikan oleh dinas pendidikan
setempat terbuang sia-sia tanpa adanya implikasi yang dilakukan oleh
sekolah.
4.2
Saran
Dalam hal ini, jajaran dinas pendidikan harus mengadakan
penyuluhan atau seminar mengenai program BK kepada guru-guru dan kepala sekola
agar pihak sekolah memiliki gambaran dalamat menjalankan program tersebut.
Selain itu guru-guru atau wali kelas dibekali ilmu BK tersebut dapat
mengaplikasikan program tersebut kepada peserta didiknya. Selain jajaran dinas,
inisiatif kepala sekolah dan guru-guru mengenai program BK harus ditingkatkan
lagi karena percuma saja ada penyuluhan atau pelatihan yang diberikan apa bila
pihak sekolah tidak melaksanakan program BK tersebut. Dalam hal ini khususnya kepala sekolah tidak lepas tangan dalam penyelenggaran
pelayanan BK tesebut, artinya tidak semata-mata menyerahkan program tersebut
kepada wali kelas saja tetapi kepala sekolah juga ikut mengawasi dan membimbing
apabila program tersebut salah. Wali kelas sebagai pelaksana yang lebih dominan
harus menggali kemampuanya sebagai konselor untuk dapat menjalankan program
dengan baik, jangan melaksanakan program tersebut hanya sebagai formalitas
semata.
DAFTAR
PUSTAKA
Mulyadi Agus. 2003. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta:
Departeman Pendidikan Nasional.
Nur
E.I.S, Muh. 2010. Bimbingan dan Konseling untuk Anak. Jakarta:
Trans Mandiri Abadi.
Setiawati dan Chudari Ni’mah. 2007. Bimbingan dan
Konseling. Bandung:
UPI Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar