Wilujeng sumping kasadayana mugia aya mangfaatna

Jumat, 16 Desember 2011

laporan hasil BK di SDN Cimalaka 1 mengenai penyelenggaraan program BK


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan yang dirancang dengan  memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan minat dan isu-isu yang berkaitan dengan tahap perkembangan anak merupakan bagian penting dan integral dari keseluruhan program pendidikan. Program BK yang diselenggarakan di sekolah dasar yang memiliki fungsi dan peranan yang strategis. Melalui layanan BK, para siswa diharapkan mampu mengenal dirinnya, mengenal lingkunganya dan mampu merancang masa depannya. Dalam pelaksanaanya keberhasilan pelayanan BK sangat ditentukan oleh kerjasama yang harmonis dengan seluruh personil sekolah. Seluruh personil yang ada di sekolah dasar tersebut harus memiliki pemahan yang luas mengenai BK antara lain seperti pemahan guru mengenai konsep dasar dan implementasi pelayanan BK, sehingga dalam pelaksanaannya program BK tersebut dapat berjalan sesuai dengan pedomanya atau bahkan dapat mengembangkan program BK tersebut. melalui program BK siswa-siswa mendapatkan bimbingan baik dalam kegiatan pembelajaran dan kehidupnya dilingkungan tempat mereka  tinggal, BK tidak hanya di berikan kepada siswa-siwa yang memiliki masalah saja tetapi BK juga berperan penting dalam perencanaan masa depan semua siswa.
      Akan tetapi tidak jarang ada sekolah dasar yang tidak menyelenggarakan program BK sesuai dengan aturanya, alasan yang paling dominan karena seluruh personil sekolah tersebut tidak memiliki ilmu atau wawasan yang cukup mengenai program BK tersebut. Sehingga program tersebut hanya sebatas formalitas semata, selain itu ada juga yang melaksanakan  program BK  akan tetapi kurang maksimal dalam penyelenggaraannya. Oleh karena itu sejauh mana keberhasilan dan kendala-kenadala yang di hadapi oleh pihak sekolah dalam menyelenggarakan program BK tersebut. Melalui pemberian tugas ini diharapkan kita sebagai calon guru dapat memperbaiki penyelenggaraan program BK dan  dapat menambah wawasan mengenai BK  sehingga dapat mengaplikasikan  penyelenggaraan program BK  tersebut dengan baik.

1.2  Rumusan Masalah
Dari tujuan-tujuan diatas, penulis merumuskan beberapa masalah diantaranya:
1.      Bagaimana pelayanan program BK di SDN cimalaka 1 ?
2.      Sejauh mana pelaksanaan program BK di SDN Cimalaka 1?
3.      Kendala-kendala apa saja yang di hadapi dalam penyelenggaraan program BK ?
4.      Kesulitan apa saja yang dihadapi siswa di SDN cimalaka1?
1.3    Tujuan
Kegiatan wawancara dan observasi  ini berujuan untuk:
1.      Untuk mengetahui bagaimana penyelenggaraan program BK di SDN Cimalaka 1.
2.      Untuk mengetahui sejauh mana pelaksana program BK yang telah dijalankan di SDN cimalaka 1.
3.      Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan program BK di SDN cimalaka 1.
4.      Untuk mengetahui kesuliatan apa saja yang dihadapi siswa di SDN cimalaka 1.  

1.4.  Metode dan Teknik Penelitian :
                  Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini yaitu metode deskripsi, karena masalah yang diungkap merupakan sesuatu yang ada dan terjadi saat ini. Adapun tekhnik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1.      Observasi, yaitu melekukan kunjungan atau penelitian langsung ke lapangan.
2.      Literatur, yaitu membaca buku yang ada kaitannya dengan masalah yang di uraikan dalam penyusunan karya tulis ini.
                 Adapun objek yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah SDN Cimalaka 1.
1.5. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah menyusun makalah ini penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
1.4. Metode dan Teknik Penelitian
1.5. Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Laporan Wawancara
2.2. Pengertian Bimbingan dan Konseling
2.3. Tujuan BK
2.4  Fungsi BK dan Asas- Asas BK
2.5  Hakikat Kesulitan Belajar dan Struktur program BK di SD
2.6  Evaluasi Program BK

BAB III PEMBAHASAN
3.1.  Laporan Hasil Wawancara dan Observasi
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampir


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.  Pengertian Laporan  dan Wawancara.
Kata “lapor” dibentuk dari kata dasar “lapor” dan mendapat akhiran (sufiks)–an, yang dapat diberi arti sebagai segala sesuatu yang dilaporkan atau pemberitahuan tentang sesuatu.
Pengertian laporan menurut The Oxford English dictionary dalam Kusumah, dkk (2002; 23) adalah:
Cerita yang dibawakan oleh seseorang kepada oranglain yang diteliti secara khusus”.
Pernyataan formal hasil penelitian, tentang sesuatu hal yang memerlukan informasi yang pasti, dibuat oleh seseorang atau sebuah lembaga atau harus melakukannya.
Wawancara
Wawancara (bahasa Inggris ; interview) merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsungantara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh orang yang diwawancarai.
Laporan wawancara
Jadi dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan wawancara adalah sebuah hasil percakapan antara dua orang atau lebih tentang suatu hal yang disampaikan oleh orang-orang yang mewawancara tersebut  kepada oranglain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
2.2.Pengertian Bimbingan dan Konseling.
Bimbingan merupakan sebuah istilah yang sudah umum digunakan dalam dunia pendidikan. Bimbingan pada dasarnya merupakan upaya bantuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal. Selain itu bimbingan yang lebih luas dikemukakan oleh Good (setiawati dan chudari, 2007:2) yang menjabarkan bimbingan adalah ‘ suatu proses hubungan pribadi yang bersifat dinamis, yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap, prilaku seseorang dan suatu bentuk  bantuan yang sistematis (selain mengajar) kepada murid, atau orang lain untuk menolong. Sedangkan pengertian konseling menurut Frank Parson ( mulyadi, 2003:5) adalah ‘ sebagai kegiatan pengungkapan fakta-fakta atau data tentang siswa, serta pengarahan kepada siswa untuk dapat mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapi’. Dengan demikan BK adalah suatu bantuan yang diberikan kepada semua siswa, untuk mengenal pribadinya, mengenal lingkunganya, merencanakan masa depanya dan usaha konselor untuk membantu klien dalam memcahkan masalah yang dihadapinya.
2.3. Tujuan BK di Sekolah
Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri, karena bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling sebagai upaya membentuk perkembangan kpribadian siswa secara optimal, maka secara umum layanan layanan BK di SD harus berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Menurut (mulyadi, 2003:5)
“Upaya bimbingan dan konseling memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri dan mengenal lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan. Secara khusu, kawasan Bk meliputi bidang bimbingan sosial, pribadi, belajar dan bimbingan karier.”
Upaya bimbingan dan konseling harus mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik sesuai dengan peryataan (mulyadi, 2003:7) “ pengembangan segenap potensi individu peserta didik secara optimal, dengan memanfaatkan berbagai sarana dan cara, berdasarkan norma-norma yang berlaku dan mengikuti kaidah-kaidah profesional”.
Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dasar adalah untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karier.      
2.4. Fungsi dan Asa-Asas BK
Bimbingan mengembangkan sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam setingg sekolah, ada beberapa fungsi BK dikemukakan oleh Aquino dan Alviar (setiawati dan chudari, 2007:20) yaitu ‘pencegahan (preventif), perbaikan (kuratif), pengembangan (development), dan fungsi pemahaman ( informatif)’. Penjabaran keempat fungsi itu adalah
1.      Fungsi pemahaman, yaitu fungsi yang pertama melalui bimbingan akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan murid dan tujuan yang ingin dicapai.
2.       Fungsi preventif, adalah bantuan yang diberikan kepada murid bertujuan agar murid terhindar atau sebagai pencegahan agar siswa tidak mendapatkan masalah.
3.        Fungsi developmental, yaitu pelayanan yang diberikan dengan tujuan dapat membantu siswa mengembangkan seluruh potensinya dengan terarah dan mantap.
4.      Fungsi kuratif, adalah layanan yang membantu murid untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.
Keberhasilan layanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkanya asa-asa berikut: syamsu yusuf (setiawati dan Chudari, 2007;21)
1.    Rahasia
2.    Sukarela,
3.    Terbuka
4.    Kegiatan
5.    Mandiri,
6.    Kini,
7.    Dinamis
8.    Terpadu
9.    Harmonis
10Ahli,
11.Ahli Tangan Kasus,
12.Tutwuri Handayani,

              Pengertian asas rahasia adalah konselor harus menjaga data-data yang diberikan klien , data atau keterangan tersebut tidak boleh diketahui orang lain. Pengertian asas sukarela adalah siswa atau klien sukarela atau ikhlas untuk mengikuti layanan bimbingan tersebut tanpa ada unsur paksaan. Pengertian asas terbuka adalah siswa sebagai objek layanan meberikan data-data yang benar dan tidak berpura-pura (berbohong) terbuka dalam memberikan datanya. Asas kegiatan adalah siswa berpartisipasi dan aktif dalam pelayanan BK tersebut. Asas mandiri adalah siswa secara mandiri datang kepada guru karena memilki permasalahan sehingga bukan guru yang mendatangi siswa tersebut melainkan siswa tersebut yang datang ke guru. Asas kini adalah layanan BK tersebut mengungkap permasalahan siswa yang sekarang. Asas dinamis adalah agar isi layanan program BK selalu bergerak maju, tidak monoton dan terus berkembang. Asa terpadu adalah menghendaki agar dalam pelaksanaannya program BK tersebut terjadi keharmonisan dan terpadu dalam penyelenggaraanya. Asa harmonis adalah dalam memberikan layanan BK harus sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Asas ahli adalah dalam menyelenggarakan program BK, para pelaksana BK hendankya orang yang ahli di bidangnya setidaknya mengetahui ilmu tentang BK tersebut. Asas alih tangan kasus adalah apabila seorang konselor tidak mampu menyelesaikan permasalaha klienya maka dapat mengalihtangankan permasalahan itu kepada orang yang lebih ahli. Asas yang terakhir tutwuri handayani adalah menghendaki agar layanan BK secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman).   
2.5. Hakekat kesulitan Belajar dan Program BK di Sekolah.
              Kesulitan belajar menurut Nation Join Committee for Learning Disabilities (NJLD) yang dikutip dari Dr. Mulyono (1994;133) ialah:
‘ kesulitan belajar adalah suatu batasan generik yang menunjukan kepada suatu kelompok kesulitan yang diwujudkan dalam bentuk kesulitan yang nyata(significant) dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau dalam bidang matematika. Ganguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi berbarengan dengan adanya ganguan lain (misal, ganguan sesoris, retardasi mental, hambatan sosial dan emosional) atau pengaruh lingkungan misalnya perbedaab budaya, pembelajaran yang tidak tepat, psikogenetik, hambatan-hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.’    

        Klasifikasi anak kesulitan belajar, menurut (Setiawati dan Chudari,2007;96) pada hakekatnya dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar, yaitu;
1.      Kesulitan belajar akademik; kesulitan ini menunjukan kepada kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan dari seorang anak. Kegagalan tersebut meliputi, keterampilan dalam membaca, kegagalan tersebut terdiri dari pembaca pemulu dan pemahaman. Keterampilan dalam menulis terdiri dari menulis tangan, mengeja dan komposisi dan yang terakhir adalah keterampilan dalam matematika terdiri dari perhitungan matematika dan penalaran matematika
2.      Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembanagan, kesulitan belajar itu meliputi: 
a.       Kesulitan dalam berbahasa, yang terdiri dari dua macam yaitu gangguan bahasa reseptif atau keterbatasan kemampuan memahami konsep-konsep verbal, keterbatasan kemampuan membuat sandi-sandi konsep-konsep
b.      Kesulitan dalam berprilaku sosial dan emosional terdiri dari; kesulitan memahami diri sendiri, labilitas emosional, kekurangan dalam keterampilan sosial, ganguan perhatian, hiperaktifitas, ganguan aktivitas motorik.
c.       Gangguan perseptual, terdiri dari ganguan perseptual visual, ganguan perseptualauditoris, gangguan perseptual visual motor, taktual dan kinestetik.
d.      Kesulitan belajar kognitif, adalah keterbatasan dalam menggunakan oprasi mental yang meliputi; ingatan, melihat hubungan-hubungan, generalisasi, asosiasi dan berpikir konseptual.
              Ciri anak yang berkesulitan belajar dapat dilihat dari tiga karakteristik yaitu :  karakteristik akademik, medis dan psikologis.
  Struktur Program BK di SD
              Kerangka kerja layanan BK dapat dikembangkan dalam empat layanan utama, (Setiawati dan Chudari,2007:137) “yaitu a) layanan dasar bimbingan, b) layanan responsif, c) layanan perencanaan individual, d) dukungan sistem”.
A.    Layanan Dasar Bimbingan.
              Yaitu layanan yang membantu murid mengembangkan prilaku efektif dan keterampilan dasar untuk kehidupan yang mengacu kepada tugas-tugas perkembangan murid SD.
              Materi dalam layanan dasar bimbingan lebih berkaitan dengan Bimbinngan Pribadi. Dalam bimbingan pribadi lebih memfokuskan kepada upaya mengembangkan aspek pribadi murid, seperti memahami diri sendiri, memahami lingkungan, kemampuan memecahkan masalah, konsep diri, bimbingan menjadi pribadi mandiri. Beberapa contoh materi bimbingan pribadi di SD yaitu : motivasi belajar, kemampuan memecahkan masalah, self sistem, membuat program sehari-hari, cara mengembangkan minat dan bakat, keterampilan berkomunikasi, keterampilan dalam hubungan antar pribadi, cara belajar yang efektif dan sebagainya. Layanan bimbingan dasar ditunjukan semua murid, disampaikan menggunakan strategi kalasikal dan dinamika kelompok
B.     Layanan Responsif.
              Layanan ini ditunjukan untuk membantu murid dalam bentuk mengintervensi masalah atau kepedulian pribadi murid yang dirasakan pada saat itu, seperti yang berhubungan dengan masalah sosial-pribadi, pengembangan pendidikan atau bimbingan karir. Isi dari layanan ini adalah bimbingan belajar, bimbingan sosial-pribadi dan bimbingan karir. Layanan ini bersifat preventif atau mungkin kuratif.
              Tujuan dari layanan responsif adalah membantumurid SD agar mampu menunjukan pilihan dari terhindar pilihan yang tidk baik. Strategi layanan dapat dilakukan dengan konseling individu, mengamati siswa untuk mengidentifikasi masalh, konsultasi dengan orang tua dan guru. Contoh topik relevan dengan masalah di SD yaitu: kenakalan anak, keberhasilan belajar, tata tertib sekolah, penyalahgunaan obat-obat telarang, kehadiran, sikap dan prilaku-prilaku disekolah, penyesuaian  terhadap sekolah baru, keterampialn studi. Sedangkan yang berkaitan dengan masalah pribadi, yaitu ; masalah perceraian, masalah keluarga, kematian keluarga dan hubungan dengan teman.
C.     Layanan Perencanan Individu.
              Jenis layanan yang membantu murid dalam membuat rencana rencana pendidikan, karier dan sosial-pribadinya. Tujuan utama dari layanan perencanaan individual adalah membantu murid memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangan sendiri, dan merencanakan serta mengimplementasi perencanaan tersebut. isi layanan perencanaan individu, yaitu : 1) bidang pendidikan dengan topik “cara belajar yang efektif” , 2) bidang sosial-pribadi dengan topik mengembangkan konsep diri yang positif, mengembangkan keterampilan sosial yang tepat , belajar menghindari pemusuhan dengan teman dan yang ke 3) bidang karir dengan topik menegenal dan menidentifikasi jenis-jenis sekolah, mengenal macam-macam dan jenis pekerjaan yang ada di masyarakat.
D.    Dukungan Sistem
              Merupakan kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan  guru,. Staf ahli, masyarakat yang lebih luas, penelitian dan perkembangan, kegiatan pendukung sistem lebih diarahkan pada pemberian dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung bermanfaat bagi siswa.
              Masing-masing layanan memiliki alokasi waktu seperti 1). Layanan Dasar Bimbingan adalah 35-40%, 2). Layanan Responsif 30-40%, 3). Sitem Perencanaan Individu 5%-10%, 4). Pendukung Sistem 10%-15%.
2.6.  Evaluasi Program Bk
              Untuk mengetahui keberhasilan tujuan layanan digunakan perlu adanya evaluasi. Evaluasi adalah cara yang ditempuh oleh pembimbing untuk membandingankan hasil yang telah dicapi dengan tujuan pelayanan BK.  Dengan demikian dapat dilihat tingkat ketercapaiannya.
A.    Pengertian, Tujuan dan Fungsi evaluasi
              Menurut (Nur E.I.S,2010;126) “Evaluasi ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi untuk mengetahui efektivitas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan”.. Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah upaya , tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
              Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi tidaknya kebutuhan-kebutuhan siswa dan pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu siswa memperoleh perubahan prilaku dan kepribadian ke arah yang baik.
              Menurut (Nur E.I.S ,2010;128), Adapun fungsi evaluasi program BK di sekolah adalah:
1). Memberikan umpan balik (feed back ) kepada guru pembimbing konseloruntuk memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan konseling.
              2). Memberikan informasi kepada pihak pemimpin sekolah, guru mata pelajaran, dan orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan prilaku, atau tingakat ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi program BK di sekolah.
              B. Aspek –Aspek yang Dievaluasi
              Ada dua macam aspek kegiatan penilaian kegiatan program kegiatan bimbingan, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui sejau mana keefektivan layanan bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk memperoleh informasi keefektivan layanan bimbingan dilihat dari hasilnya. Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain menurut (Nur E.I.S, 2010;128) adalah:
1.      Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan
2.      Keterlaksanaan program
3.      Hambatan-hambatan yang dijumpai
4.      Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar
5.      Respon siswa, personil sekolah, orang tua, dan masyrakat terhadap layanan bimbingan
6.      Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar dan keberhasilan setelah menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan ataupun kehidupan dimasyarakat.
                        Apabila dilihat dari evaluasi evaluasi, evaluasi bimbingan dan konseling lebih bersifat ” penilaian dalam proses” .Berbeda dengan hasil evaluasi pengejaran yang pada umumnya berbentuk angka atau sekor, maka hasil evaluasi BK berupa deskripsi tentang aspek-aspek yang dievaluasi (seperti partisivasi/aktivitas dan pemahaman siswa; kegunaan layanan menurut siswa; perolehan siswa dari layanan bimbingan dan minat siswa terhadap layanan bimbingan; perkembangan siswa dari waktu ke waktu; perolehan guru bimbingan; komitmen pihak-pihak terkait; serta kelancaran dan suasana penyelenggaraan kegiatan).
C.     Teknik Evaluasi
              Evaluasi di tingkat sekolah merupakan tanggungjawab kepala sekolah yang dibantu oleh pembimbing khusus dan personil sekolah lainya. Menurut ( Nur E.I.S,2010:130) “Ada beberapa Cara evaluasinya dalap dilakukan dengan teknik tes dan non-test. Teknik tes berupa alat tes yang telah dibakukan, seprti tes minat yang digunakan untuk mengungkapkan minat peserta didik. Ada beberapa macam teknik tes yang digunakan dalam BK seperti tes kecerdasan, tes bakat dan tes kepribadian”.
              Teknik non-tes dapat mengungkapkan angket, daftar cocok, wawancara, riwat hidup dan dokumentasi.
              Angket adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi atau dijawab oleh peserta didik. Jenis-jenis angket ada angket terbuka dan tertutup, angket yang terbuka menggunakan pertanyaan terbuka, orang yang dikenai angket dapat menjawab tersebut dapat menggunkan kalimat sendiri atas jawabnya sendangkan angket tertutup jawabanya sudah memiliki alternatif, orang yang dikasih angket tinggal memilih jawabanya,
              Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan jawaban peserta didik dengan tanya jawab dan hanya dilaksankan oleh dua orang
              Pengamatan adalah suatu teknik untuk memperoleh data yang dilakukan degan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan pencatatan yang sistemastis.
              Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama masa hidupnya, dengan mempeljari riwayat hidup yang dibuat siswa, pembimbing dapat menarik suatu kesimpulan tentang peserta didik.
D.    Langkah-langkah Evaluasi
               Menurut (Nur E.I.S, 2010;132) Dalam melaksanakan evaluasi program BK ditempuh langkah-langkah sebagi berikut:
1.      Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan. Karena tujuan evaluasi adalah memperoleh data yang diperlukan maka konselor mempersiapkan pertanyaan-pertanyaanyang berkaitan dengan hal-hal yang akan dievaluasi.
2.      Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data. Konselor perlu mengembangkan teknik dalan mengumpulkan data dan yang sesuai dengan situasi dan kondis di lapangan.
3.      Mengumpulkan dan menganalisis data. Setelah data diperoleh maka data tersebut dianalisis, yaitu menelaah program apa saja yang telah ada dan yang belum dilaksanakan, serta tujuan mana yang telah dicapai dan belum tercapai.
4.      Melakukan tindak lanjut ( Follow Up) berdasarkan temuan yang diperoleh maka dapat dilakuakan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan (1) memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai. (2). Mengembangkan program dengan cara mengubah atau menambah beberapa yang dipandang dapat meningkatkan kualitas atau efektivitas program.    
                       




           
                                                BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Laporan Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, penyelenggaraan program BK di SDN cimalaka 1 terdapat kendala-kendala yang di hadapi dan belum optimalnya penyelenggaraan program tersebut. Ini terbukti dengan  ketika penulis menanyakan mengenai program BK di SD tersebut kepada kepala sekolah, kepala sekolah tersebut tidak dapat menunjukan bukti fisik program tersebut dengan alasan karena kepala sekolah tersebut baru saja menjabat kepala sekolah di cimalaka 1 sehingga tidak mengetahui arsip-arsip yang ditinggal oleh kepala sekolah yang terdahulu. Hal ini jelas menjadikan permasalahan dalam penyelenggaran BK tersebut, lalu bagaimana pelaksaan program itu berjalan ?  dari hasil wawancara tersebut mendapatkan jawaban sebagai berikut bahwa penyelenggaraan program bimbingan dan konseling itu dilakukan secara spontan yang dilakukan ketika pembelajaran berlangsung atau ketika murid sedang istirahat.  Hambatan lainya yang diutarakan oleh kepala sekolah  adalah tidak ada penyuluhan atau latihan yang diberikan oleh dinas pendidikan setempat untuk meningkatkan wawasan guru atau kepala sekolah dalam menyelenggarakan BK tersebut sehingga dalam penyelenggaranya kurang optimal. Sehingga tidak jarang program BK tersebut tidak dilaksanakan, selain itu juga apabila ada kunjungan oleh pengawas atau pihak dinas tidak ditanyakan mengenai pelaksanaan program BK tersebut sehingga guru-guru menganggap bahwa program BK tersebut hanya sebatas formalitas saja.
  Dengan pernyataan yang disampaikan oleh kepala sekolah sangat jelas sekali banyak kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program BK tersebut sehingga  dapat menggangu jalanya kegiatan pembelajaran, khususnya bagi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sesuai dengan hasil wawancara terhadap guru kelas 4 yang menyatakan ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar baik dari sisi akademik dan nonakademik, mungkin apabila program BK berjalan dengan lancar atau semestinya maka kesulitan atau masalah-masalah dalam pembelajaran bisa diatasi, ada pun permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran antara lain; adanya permasalahan keluarga yang mengakibatkan siswa tersebut tidak bisa sekolah dan kurang konsentrasi dalam pembelajaran, adanya siswa yang memiliki ganguan secara psikologis yang membutuhkan perhatian khusus, adanya siswa yang berkesulitan dalam bergaul dengan teman sebayanya dan banyak lagi kasus lain. Kemudian penulis menanyakan mengenai upaya yang dilakukan guru atau wali kelas untuk megatasi permasalah tersebut. Upaya yang dilakukan wali kelas tersebut ternyata sesuai dengan prosedur layanan BK dengan adanya buku catatan bimbingan dan penyuluhan atau yang dikenal BP, ini membuktikan bahwa SD cimalaka 1 memiliki program BK tersebut, mungkin apabila wali kelas tersebut melakukan prosedur pelaksanaan sesuai dengan program dan menjalankanya sesuai dengan pedoman dapat mengatasi permasalah tersebut secara tepat. Melihat masalah yang terjadi menurut penulis tidak adanya koordinasi antara kepala sekolah dan guru (waki kelas) dalam menyelenggarakan layanan BK tersebut sehingga program BK tersebut jalan di tempat. Jangankan untuk mengembangankan program tersebut melaksanakannya pun masih tidak jelas dalam tujuan yang ingin dicapai. Kemudian penulis menayakan kepada wali kelas kelas 4 mengenai pelaksanaan program BK atau BP, berdasarkan pernyataanya pelaksanaan program BK tersebut jarang diberikan mungkin apabila ada sisiwa yang bermasalah saja baru diberikan itu juga hanya dicatat dibuku catatan bimbingan dan penyuluhan saja, pemecahan masalahnya terjadi secara sepontan saja hanya dinasehati, melihat dari catatan tersebut hanya terjadi 2 kejadian yang ditulis dalam buku tersebut yaitu adanya siswa yang bertengkar didalam kelas disaat kegiatan belajara berlangsung dan kurang pahamnya siswa kelas 4 mengenai kegiatan diskusi.
Selain itu juga adanya data siswa yang ditunjukan oleh wali kelas 4 mengenai tinggi dan berat siswa menurutnya program tersebut berfungsi untuk mengetahui kondisi fisik peserta didiknya dan dapat mengetahui perkembangan peserta didiknya, menurut penulis hal tersebut sangat baik karena guru dapat menggetahui kondisi peserta didiknya. Akan tetapi hal tersebut percuma saja karena tidak ada tindak lanjut untuk mengolah data tersebut.
Untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa, penulis berinisiatip membuat angket dengan menggunakan jenis angket tertutup dan terbuka dengan 10 pertanyaan dan jumlah siswa di kelas 4 sebanyak 23 siswa. Berdasarkan hasil jawaban yang diberikan siswa tersebut terdapat kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran yang tidak diketahui oleh guru atau wali kelas tersebut seperti contoh, dalam menerangkan pembelajaran siswa kesulitan untuk memahami pembelajaran tersebut karena gurunya menerangkan pembelajaran terlalu cepat dan membosankan. Selain itu juga di dapatkan fakta bahwa ketika kalian memiliki permasalahan baik di bidang akademik atau nonakademik siswa tidak pernah memberi tahu kepada guru dengan berbagai alasan. Selain itu juga pelajaran yang sulit menurut  23 siswa menyebutkan bahwa pelajaran matematika dan bahasa inggris paling yang dipilih oleh kebanyakan para siswa.                  
Hal ini sangat jelas sekali bahwa program BK tersebut tidak berjalan dengan mestinya karena berbagai kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak sekolah, tidak adanya program kinerja kepala sekolah yang mengharuskan terjadinya penyelenggaran program BK di sekolah tidak ada sama sekali. Selain itu kinerka wali kelas pun tidak berjalan dengan semestinya hanya nasehat atau larang dalam proses pembelajaran saja cara untuk mengatasi atau memecahkan masalah yang dihadapi peserta didiknya.












BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil wawancara dan obervasi di SDN Cimalaka 1 mengenai pelaksanaan program BK dapat disimpulkan bahwa program tersebut tidak berjalan dengan baik hanya diam di tempat tanpa ada tujuan yang ingin dicapai dari program  BK tersebut, padahal BK memiliki fungsi dan peranan yang strategis dalam mengembangkan peserta didiknya ke arah yang lebih baik dari segi akademik dan nonakademiknya.
 Tentunya hal ini sangat berdampak buruk atau negatif kepada proses pembelajaran yang akan diselenggarakan di sekolah, imbasnya adalah sisiwa yang harus menerima rugi karena tidak mendapatkan pelayanan dari program BK tersebut, sehingga siswa tersebut mendapatkan kendala atau masalah-masalah yang dihadapi di sekolah baik dalam proses pembelajaran atau masalah diluar sekolah mereka. Program yang diberikan oleh dinas pendidikan setempat terbuang sia-sia tanpa adanya implikasi yang dilakukan oleh sekolah.       

4.2 Saran
Dalam hal ini,  jajaran dinas pendidikan harus mengadakan penyuluhan atau seminar mengenai program BK kepada guru-guru dan kepala sekola agar pihak sekolah memiliki gambaran dalamat menjalankan program tersebut. Selain itu guru-guru atau wali kelas dibekali ilmu BK tersebut dapat mengaplikasikan program tersebut kepada peserta didiknya. Selain jajaran dinas, inisiatif kepala sekolah dan guru-guru mengenai program BK harus ditingkatkan lagi karena percuma saja ada penyuluhan atau pelatihan yang diberikan apa bila pihak sekolah tidak melaksanakan program BK tersebut. Dalam  hal ini khususnya kepala sekolah   tidak lepas tangan dalam penyelenggaran pelayanan BK tesebut, artinya tidak semata-mata menyerahkan program tersebut kepada wali kelas saja tetapi kepala sekolah juga ikut mengawasi dan membimbing apabila program tersebut salah. Wali kelas sebagai pelaksana yang lebih dominan harus menggali kemampuanya sebagai konselor untuk dapat menjalankan program dengan baik, jangan melaksanakan program tersebut hanya sebagai formalitas semata.     













DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi Agus. 2003. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Departeman Pendidikan Nasional.
Nur E.I.S, Muh. 2010. Bimbingan dan Konseling untuk Anak. Jakarta:
Trans Mandiri Abadi.
Setiawati dan Chudari Ni’mah. 2007. Bimbingan dan Konseling. Bandung:
UPI Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar