Wilujeng sumping kasadayana mugia aya mangfaatna

Rabu, 21 Desember 2011

Cara Meningkatkan Kemampuan Menyimal Melalui Karya Sastra

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sastra
Sastra berasal dari bahasa sangsekerta yang dibentuk dari dua akar kata yaitu sus dan tra. Sas artinya mengajarkan, mengarahkan, atau memberi petunjuk. Tra yang berarti alat atau saran maka kata sastra berarti alat atau saran untuk memberi petunjuk.
Secara harfiah kata sastra berarti huruf, tulisan, atau karangan. Biasanya tulisan atau karangan bebentuk buku, maka sastra dapat diartikan sebagai buku. Dalam perkembangan selanjutnya kata sastra ini diberi imbuhan su- yang berarti baik atau indah jadi susastra dapat diartikan sebagai buku yang baik dan indah baik tentang isi dan indah bahasanya.
Maka dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu karangan atau karya sastra dapat dikatakan bernilai sastra jika ditulis dengan menggunakan bahasa yang indah. Dengan memiliki kandungan moral yang positif meskipun pada karya orang dewasa kandungan moral bergantung pada apresiator
Selain baha yang indah dan terdapat kandungan moral adapun cirri sastra dalam penggunaan bahasa. Ciri-ciri tersebut menurut cahyani dan hodijah (2007:170) antara lain:
1.    Ragam bahasa yang digunakan dalam karya sastra tidak sepenuhnya bahasa baku hal ini disebabkan sastra sangat mementingkan pesan atau ide dan keindahan.
2.    Ragam bahasa atau pilihan katanya sering kali bermakna konotatif ambiguitas (memiliki banyak makna).
3.    Kosakata yang digunakan dalam karya sastra disesuaikan dengan bahasa latar atau lingkungan dalam cerita yang berupa dialek atau sosialek suatu kelompok masyarakat.
4.    Dalam karya sastra tergambar pengalaman hidup pengarangnya.

Jakob Sumardjo dan saini K.M dalam Cahyani dan Hodijah (2007:170) menjelaskan bahwa ada tiga hal yang membedakan karya sastra dengan karya-karya lainnya yang bukan sastra, yaitu: sifat khayalan, adanya nilai-nilai seni bebas dapat diartikan bahwa isi atau cerita dalam karya sastra bukanlah kisah atau peristiwa nyata melainkan hanya merupakan khayalan, walaupun banyak karya sastra yang diilhami oleh peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi. Karya sastra mengandung nilai-nilai seni yang dapat hal ini dapat dilihat dari pelukisan pengarang terhadap sesuatu hal yang diceritakannnya, dan alat untuk melukiskan keindahan itu adalah bahasa, dengan ragam dan gaya yang dimiliki pengarang.

B.     Jenis-Jenis Sastra
Jenis-jenis karya sastra disebut jenre (gener) sastra. Sastra dikelompokan menjadi dua kelompok besar, (1) imajinatif dan (2) sastra nonimajinatif.
Imajinatif berasal dari kata imagination yang berarti agan-agan atau khayalan. Jadi karya sastra imajinatif adalah karya sastra yang ditulis dengan menggunakan sifat khayalan pengarang, sehingga cerita dalam karya sastra imajinatif bukanlah kejadian yang sesungguhnya. Sedangkan karya sastra nonimajinatif merupakan kebalikan dari karya sastra imajinatif, sebagian ahli berpendapat bahwa sastra nonimajinatif bukan karya sastra
Karya sastra imajinatif terdiri dari tiga jenis
a.       Prosa adalah karya sastra yang ditulis dengan menggunakan kalimat-kalimat yang disusun susul-menyusun. Kalimat-kalimat yang disusun membentuk kesatuan pikiran paragraf, paragraf membentuk bab atau bagian-bagian dan seterusnya
b.      Puisi adalah karya sastra yang ditulis dengan benyuk larik-larik dan bait-bait
c.       Drama adalah karya sastra yang ditulis dengan bahasa dalam bentuk diaolog. Perbedaan karya sastra yang satu ini dengan karya sastra lain (puisi dan prosa) terletak pada tujuan penulisan naskah. Naskah drama ditulis dengan tujuan utamanya adalah untuk dipertunjukan, bukan untuk dibaca dan dihayati seperti karya sastra prosa dan puisi
Perlu diingat bahwa ciri-ciri ketiga sastra itu pun tidak mutlak, artinya ciri-ciri umum. Karena ada karya sastra prosa yang ditulis dengan bentuk larik-larik, sebaliknya ada pula karya sastra puisi yang berbentuk kalimat-kalimat yang bersusun seperti layaknya prosa.   
C.    Pengertian Menyimak
 Menyimak menurut Tarigan (1995:5) adalah “suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterprestasi, menilai dan mereaksi atas makna yang yang terkandung di dalamnya.” Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak terkandung tindakan yang disengaja. Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari perencanaan itu ialah ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak. Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak.
  Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau melalui alat lain, misalnya rekaman radio, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya, pengelompokkannya menjadi suku kata, kata frase, klausa, kalimat, dan wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai ucapan pembicarapun turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa diterima kemudian diinterprestasi maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai, lalu diambil keputusan menerima atau menolaknya.
D.     Tujuan Menyimak
  Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan. Tujuan utama menyimak menurut Tarigan (1995:4) adalah menangkap, memahami atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
 Salah satu klasifikasi tujuan menyimak menurut pendapat Tarigan (1995:4) yakni menyimak untuk tujuan:
1)      Mendapatkan fakta
2)      Menganalisis fakta
3)      Mengevaluasi fakta
4)      Mendapatkan inspirasi
5)      Menghibur diri
6)      Meningkatkan kemampuan bicara

Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat terwujud dalam berbagai variasi. Misalnya mendengarkan radio, televise, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah, percakapan dalam keluarga, percakapan dengan tetangga, pecakapan dengan teman sekerja, sekelas dan sebagainya. Fakta atau informasi setelah terkumpul perlu dianalisis. Proses analisis ini harus berlangsung pada saat proses menyimak.
Setelah dianalisis, maka dalam suatu proses menyimak adalah mengevaluasi fakta-fakta yang disampaikan pembicara. Apabila fakta yang disampaikan pembicara sesuai dengan kenyataan, pengalaman, dan pengetahuan penyimak maka fakta itu dapat diterima. Sebaliknya, bila fakta yang disampaikan kurang akurat, atau kurang relavan, atau kurang meyakinkan kebenarannya maka penyimak pantas meragukan fakta tersebut. Hasil pengevaluasian fakta-fakta ini akan berpengaruh kepada kredibilitas isi pembicaraan dan pembicaranya. Setelah selesai mengevaluasi biasanya penyimak akan mengambil kesimpulan apa isi pembicaraan pantas diterima atau ditolak.
  Tujuan menyimak yang terakhir ialah menyimak dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan seorang pembicara dari segi:
1)      Cara mengorganisasikan bahan pembicaraan
2)      Cara penyampaian bahan pembicaraan
3)      Cara memikat perhatian pendengar
4)      Cara mengarahkan perhatian pendengar
5)      Cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga dan sebagainya.
6)      Cara memulai dan mengakhiri pembicaraan (Tarigan, 1995:6)

Semua hal tersebut diperhatikan oleh penyimak dan kemudian dipraktikan. Menyimak yang seperti inilah yang disebut menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara.
Menurut Tarigan (1995:8), peranan menyimak tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
1)      Landasan belajar berbahasa
2)      Penunjang ketermpilan berbicara, membaca, dan menulis
3)      Pelancar komunikasi lisan
4)      Penambah informasi

Secara alami belajar berbahasa dimulai dengan menyimak. Seorang anak setelah mendengar bunyi bahasa kemudian dia menyimaknya dan dapat meniru bahasa yang diucapkan orang di sekitarnya. Proses menyimak, mengartikan makna, meniru, dan mempraktikan bunyi bahasa itu dilakukannya berulang-ulang sampai akhirnya yang bersangkutan lancar berbicara.
Keterampilan menyimak memang benar-benar menunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis. Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem, kosakata, dan kalimat yang dapat membantu ke dalam aspek bahasa lainnya. Dengan menyimak kita akan memperoleh banyak informasi.
E.     Jenis-jenis menyimak
Menurut Tarigan (1995:24), ada tujuh titik pandangan yang digunakan sebagai dasar pengklasifikasian menyimak. Ketujuh titk pandangan tersebut adalah :
1.      Sumber suara
2.      Taraf aktivitas penyimak
3.      Taraf hasil simakan
4.      Keterlibatan penyimak dan kemampuan khusus
5.      Cara penyimak bahan simakan
6.      Tujuan menyimak
7.      Tujuan spesifik
Berdasarkan sumber suara yang disimak. Dikenal dua jenis menyimak, yaitu intara personal  listening atau menyimak intrapribadi dan interpersonal listening atau menyimak antar pribadi. Sumber suara yang disimak dapat berasal dari kita sendiri. ini terjadi saat kita menyendiri merenungkan nasib diri, menyesali perbuatan sendiri, atau berkata-kata dengan diri sendiri. jenis menyimak yang seperti inilah yang disebut interpersonal listening. sumber suara yang disimak dapat pula berasal dari luar pribadi penyimak. Menyimak yang seperti inilah yang paling banyak kita lakukan, misalnya dalam percakapan, seminar , diskusi dan sebagainya. Jenis menyimak yang seperti ini disebut   interpersonal listening.
Taraf aktivitas penyimak dalam menyimak dapat dibedakan atas kegiatan bertaraf rendah dan bertaraf tinggi. Dalam aktivitas bertingkat rendah penyimak baru sampai pada kegiatan memberikan dorongan, perhatian dan menunjang pembicaraan. Biasaanya  aktivitas itu bersifat nonverbal seperti mengangguk-angguk, tersenyum, sikap tertib dan penuh perhatian atau melalui ucapan-ucapan pendek seperti  benar, saya setuju, ya....ya dan sebagainya. Menyimak dalam taraf rendah ini dikenal dengan nama silent listening. Dalam aktivitas bertaraf tinggi , penyimak sudah dapat mengutarakan kembali isi simakan menandakan bahwa penyimak sudah dapat mengutarakan kembali isi bahan simakan. Pengutaran kembali isi bahan simakan menandakan bahwa penyimak sudah memahami isi bahan simakan. Jenis menyimak seperti ini disebut dengan nama active listening
Taraf hasil simakan bervariasi merentang mulai dari taraf rendah samapai taraf mendalam. Berdasarkan taraf hasil simakan tersebut, menurut Green and Petty, dalam bukunya Develoving Language Skill in The Elementary Scholl . yang dikutip Tarigan (1995:25) dikenal sembilan jenis menyimak. Kesembilan jenis menyimak itu seperti yang tertera dibawah ini.
1.      Menyimak tanpa reaksi : penyimak mendengar sesuatu berupa suara atau teriakan, namun yang bersangkutan tidak memberikan reaksi apa-apa. Suara masuk ketelinga  kiri, keluar ketelinga kanan.
2.      Meyimak terputus-putus: penyimak sebentar-bentar menyimak, sebentar-bentar tidak menyimak, kemudia meneruskan menyimak lagi dan seterusnya. Pikiran bercabang, tidak terpusat pada bahan simakan.
3.      Menyimak terpusat : pikiran menyimak terpusat pada sesuatu, misalnya pada aba-aba untuk mengetahui bila saatnya mengerjakan sesuatu.
4.      Menyimak pasif: menyimak pasif hampir sama dengan menyimak dengan menyimak tanpa mereaksi. Dalam menyimak pasif sudah ada reaksi walaupun sedikit.
5.       Menyimak dangkal: penyimak hanya menangkap sebagai isi simakanya. Bagian-bagian yang penting tidak disimak, mungkin karena sudah tahu, menyetujui atau menerima
6.      Menyimak untuk membandingkan: penyimak menyimak sesuatu pesan kemudian membandingkan isi pesan itu dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang relevan
7.      Menyimak organisasi materi: penyimak berusaha mengetahui organisasi materi yang disampaikan pembicara, ide pokoknya beserta detailnya penunjangnya.
8.      Menyimak kritis:  penyimak menganalisis secara kritis terhadap materi yang disampaikan pembicara. Bila diperlukan, penyimak minta data atau keterangan terhadap pertanyaan yang disampaikan pembicara.
9.      Menyimak kreatif dan apresiatif: penyimak memberikan responsi mental dan fisik yang asli terhadap bahan simakan yang diterima.

Kalsifikasi menyimak menurut H.G. Tarigan (1995:26), dapat pula didasarkan kepada cara penyimkan bahan simakan. Cara menyimak isi bahan simakan mempengaruhi kedalam dan keluasan hasil simakan. Berdasarkan cara menyimak dikenal dua jenis menyimak.
1.      Menyimak intensif :  penyimak memahami secara terperinci , teliti dan mendalam bahan yang disimak. Menyimak intensif mencangkup mencakup menyimak kritis, konsentratif,kreatif, eksploratori,interogatif, dan selektif.
2.      Menyimak ekstensif: penyimak memahami isi bacaan simakan secara sepintas, umum dalam garis-garis besar, atau butiran-butiran penting tertentu. Menyimak ekstensif meliputi menyimak sosial,estetika,dan pasif.

Logan dkk. Yang dikutip Tarigan (1995:27) mengklasifikasikan juga menyimak atas dasar tujuan, yaitu tujuan khusus. Menurut mereka ada tujuh jenis menyimak yang perlu dikembangkan melalui pengajaran bahasa bagi siswa di sekolah.
1.      Menyimakuntuk  Belajar: melalui kegiatan menyimak seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan. Misalnya siswa menyimak ceramah guru sejarah, bahasa indonesia. Mahasiswa berdiskusi.
2.      Menyimak untuk Menghibur: penyimak menyimak sesuatu untuk menghibur dirinya sendiri, misalnya menyimak bacaan, cerita- cerita lucu.
3.      Menyimak untuk Menilai: penyimak mendengar kan dan memahami simakan, kemudian menelaah, mengkaji, menguji, membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan menyimak.
4.      Menyimak Apresiatif: Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi isi bahan simakan. Misalnya menyimak pembacaan puisi, roman.   
5.      Menyimak untuk Mengkomunikasikan ide dan perasaan: penyimak memahami, merasakan ide gagasan, perasaan pembicara sehingga terjadi sambungan antara pembicara  dengan pendengar.
6.      Menyimak Diskriminati :menyimak untuk membedakan bunyi suara. Misalnya membedakan kata (e) dalam kata benar,m enta dan (E) dalam kata bebas,tembak,kesed  .
7.      Menyimak Pemecahan Masalah: penyimak   mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan oleh pembicara. Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

F.     Meningkatkan  Kemampuan  Menyimak  Sastra
Manusia mengenal bahasa pertama kali dengan melalui kegiatan menyimak. Menyimak merupakan hal yang penting yang harus manusia miliki dalam berinteraksi dengan orang lain. dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah dasar menyimak merupakan salah satu aspek yang terdapat dalam pelajaran bahasa Indonesia.
Dalam kegiatan menyimak di Sekolah Dasar siswa hanya melakukan kegiatan mendengarkan saja tanpa ada tindak lanjut dari kegiatan mendengarkan tersebut. Dalam pembelajaran menyimak setelah melakukan kegiatan mendengarkan selanjutnya harus ada kegiatan menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
Dalam kegiatan menyimak sastra sasaran yang harus dicapai yaitu pengembangan kemampuan dalam mendengarkan, memahami, dan menanggapi berbagai ragam wacana lisan. serta pengembangan kemampuan siswa dalam memahami pikiran, perasaan, dan imajinasi yang terkandung dalam karya sastra yang dilisankan.  
Jika menyimak hanya sebatas mendengarkan saja maka pembelajaran akan kurang terlaksana dengan baik. Adapun beberapa alasana yang menyebabkan pembelajaran menyimak belum terlaksana dengan baik, menurut Tarigan dalam Djuanda (2008:32)  adalah sebagai berikut:
1.      Pembelajaran menyimak relative baru dinyatakan dalam kurikulum sekolah.
2.      Teori, prinsip dan generalisasi menyimak belum banyak diungkapkan.
3.      Pemahaman terhadap apa dan bagaimana menyimak itu masih sangat minim.
4.      Buku teks, buku pegangan guru dalam pembelajaran menyimak sangat langka.
5.      Guru-guru kurang pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran menyimak.
6.      Alat bantu dan teknik pembelajaran menyimak belum dipahami oleh guru.

Keterampilan Menyimak sangatlah penting dalam kegiatan pembelajaran di kelas, maka harus terus diusahakan dan ditingkatkan menuju kearah yang lebih baik. Keberhasilan proses menyimak bergantung kepada guru bagaimana cara mengajar dengan menggunakan berbagai teknik dan strategi yang bervariatif dan bagaimana guru dapat mempengaruhi cara siswa belajar.
Sebagaimana dengan pendapat Djuanda (2008:33) strategi pembelajaran guru harus memenuhi kriteria berikut:
1.      Relevan dengan tujuan pembelajaran.
2.      Menantang dan merangsang siswa untuk belajar.
3.      Mengembangkan kreativitas siswa secara individual maupun kelompok.
4.      Memudahkan siswa memahami materi pelajaran.
5.      Mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan yang telah ditetapkan.
6.      Mudah diterapkan dan tidak menuntut peralatan yang rumit.
7.      Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.

Teknik pembelajaran guru dalam pembelajaran menyimak harus bervariatif dan guru dapat memodifikasi berbagai teknik pembelajaran menyimak yang dapat menumbuhkan semangat anak dalam mengikuti pembelajaran menyimak, karena dengan itulah proses pembelajaran menyimak dapat terlaksana dengan baik. Adapun beberapa teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran menyimak yaitu:

1.      Simak-Ulang Ucap
Teknik ini dilakukan dengan menyimak pembicaraan yang guru sampaikan kemudian siswa mengucapkan kembali apa yang telah didengarnya.
2.      Simak Tulis (Dikte)
Teknik ini dikenal dengan dikte. Latihan dikte menuntut keseriusan siswa.
Teknik ini mirip dengan teknik Simak Ulang Ucap. Setelah Siswa menyimak pembicaraan guru atau dari rekaman, kemudian siswa harus menuliskannya.
3        Simak kerjakan
Teknik ini, dipergunakan untuk memperkenalkan dan membiasakan siswa dengan perintah atau suruhan. Dilakukan dengan guru memberikan suatu perintah secara lisan dan kemudian siswa mengerjakan apa yang diperintahkan.
4        Simak Terka
Siswa mendengarkan deskripsi yang disampaikan oleh guru mengenai deskripsi suatu benda atau mainan yang disukai kemudian siswa menyimak teks deskripsi dan harus menerkanya.
5        Menyelesaikan Cerita
Siswa harus siap meneruskan cerita. bisa dilakukan dengan cara berkelompok dengan setiap kelompok harus menyimak karena takut disuruh untuk meneruskan cerita setelah orang lain bercerita dan cerita tersebut belum selesai.
6        Membuat rangkuman
Setelah siswa menyimak cerita atau teks nonsastra yang agak panjang. siswa hrus membuat rangkuman cerita sesingkat mungkin yang menerangkan cerita tersebut.
Dalam pembelajaran menyimak, guru dapat menggunakan metode permainan yang bermacam-macam karena dunia anak adalah dunia bermain. Anak akan senang jika pembelajaran ditambahkan dengan permainan yang sesuai dengan jiwa yang dimiliki oleh anak. Adapun beberapa permainan yang dapat meningkatkan keterampilan menyimak sebagai berikut:
1.      Bisik Berantai
Dilakukan dengan cara, setiap siswa harus membisikkan suatu kata (untuk kelas rendah) atau kalimat atau cerita (untuk kelas tinggi) kepada pemain berikutnya sampai pemain terakhir. Kemudian mengecek terjadinya kesalahan dari pemain terakhir sampai pemain pertama.
2.      Kim lihat (Lihat Katakan)
Siswa disuruh berkelompok kemudian seorang anggota kelompok melihat benda di dalam kotak yang berisi buah-buahan, sayuran maupun gambar lainnya.kemudian menjelaskan cirri-cirinya dan anggota yang lain menebak dan mengambil gambar yang sesuai. kelompok yang paling banyak mengumpulkan itulah yang menang.
3.      Cerita berantai
permainan ini dilakukan berkelompok dua orang. Setiap kelompok harus melanjutkan cerita yang diucapkan kelompok lain. Cerita dimulai dari guru. Anggota kelompok yang satu sebagai  pembicara melanjutkan cerita, yang seorang lagi mencatat kalimat yang diucapkan setiap klompok dan membacakannya setelah cerita selesai. Kelompok pertama harus meneruskan cerita itu. Kalimat dari kelompok pertama diteruskan oleh kelompok kedua, dan seterusnya.


4.      Siap Laksanakan Perintah
Permainan ini bermain melalui lagu. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok harus mengganti lirik lagu “Suka Hati” dengan perintah yang harus dikerjakan oleh kelompok lain. Permainan diawali oleh guru dengan menyanyikan lagu setelah selesai bagian kelompok pertama dan seterusnya.
Keberhasilan suatu pembelajaran menyimak bergantung pada adanya dua kondisi: pertama, guru harus memberikan teladan sebagai penyimak yang kritis dan pembicara yang efektif, dan menggunakan strategi yang efektif pula. Kedua, setiap murid yang berpartisipasi dalam diskusi harus memiliki informasi tertentu yang akan disampaikan kepada teman-temannya. (Rofi’uddin dan zuhadi, 1998:5)

Untuk meningkatkan kemampuan menyimak sastra maka harus memperhatikan beberapa hal berikut ini.
1        Materi
Materi yang disampaikan harus sesuai dengan jiwa anak-anak dan banyak mengandung manfaat.
2        Pembicara
Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara sistematis dan kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik / bervariasi serta dengan menggunakan berbagai teknik dan strategi yang bervariasi.
3        Penyimak/siswa
Siswa harus berkonsentrasi,ada dalam keadaan sehat, dan adanya minat siswa.
4        Situasi
Suasana lingkungan pada saat menyimak harus tenang dan sunyi. Sarana dalam menyimak harus mendukung misalnya dengan menggunakan gambar atau boneka.


DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, Isah dan Hodijah. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.


Djuanda, Dadan. 2008. Pembelajaran Berbahasa di Sekolah Dasar. Bandung:       Pustaka latifah.


Rofi’uddin, ahmad dan Darmiyati Zuhdi. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra      Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi


Tarigan, Djago. 1995. Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar